Terbaru di Korea, Masker Berbasis Ionisasi Mikro, Bernapas Serasa Tak Sedang Pakai Masker

- 16 September 2020, 13:00 WIB
Profesor Beelee Chua (Atas kebaikan Beelee Chua)
Profesor Beelee Chua (Atas kebaikan Beelee Chua) /

MANTRA SUKABUMI - Di masa yang akan datang, orang bisa berbelanja membeli masker di pengecer elektronik, bukan di apotek.

Masker tersebut akan mampu memantau pola pernapasan pemakainya, menangkap partikel dan gas, dan dapat terhubung dengan perangkat lain seperti ponsel cerdas.

Ini bukanlah hanya sebuah mimpi bagi Beelee Chua, yaitu seorang profesor di sekolah teknik listrik Universitas Korea.

Baca Juga: WHO: Tak Akan Ada Vaksin Virus Corona untuk Kembali ke Kehidupan Normal Hingga 2020

Pada tahun 2018, tim peneliti profesor Chua, bekerja sama dengan Ewha Womans University, mengembangkan masker berbasis ionisasi mikro yang menawarkan perlindungan permanen dan pernapasan yang lebih mudah.

Seperti dikutip mantrasukabumi.com dari The Korea Herald, bahwa menurut deskripsinya, topeng tersebut menggunakan mikro ionizer untuk mengisi partikel secara elektrik, yang memungkinkan partikel secara efisien dihilangkan oleh medan listrik.

“Ini seperti memagnetisasi partikel dan kemudian mengeluarkannya dengan magnet”, kata profesor itu dalam wawancara online dengan The Korea Herald.

Baca Juga: Lagi-lagi, Pesawat Israel Lakukan Penyerangan Udara di Gaza

“Manfaat utama dari teknologi ini adalah memungkinkan pemakainya bernapas lega sekaligus memberikan perlindungan yang sama”.

Profesor yang berspesialisasi dalam mikro ionizers memiliki ide yang secara konsisten muncul di benaknya selama gelar Ph.D. penelitian, katanya.

Selama wabah MERS 2015, profesor melihat banyak lansia dan anak-anak mengalami kesulitan bernapas melalui masker, atau terkadang salah memakai masker karena kesulitan bernapas.

Dibandingkan dengan masker elektronik berbasis filter HEPA LG Electronics yang baru-baru ini didonasikan ke Rumah Sakit Severance Universitas Yonsei, masker pengionisasi mikro memiliki keunggulan teknologi yang berbeda, menurut Chua.

Adapun masker tim peneliti, telah mengadopsi sistem filtrasi baru yang kemudian disebut “Presipitasi elektrostatis”

Baca Juga: Lagi-lagi, Pesawat Israel Lakukan Penyerangan Udara di Gaza

Presipitator elektrostatis adalah perangkat filtrasi yang menghilangkan partikel halus, seperti debu dan asap, dari aliran gas menggunakan gaya muatan elektrostatis yang diinduksi yang minimal menghalangi aliran gas melalui unit.

“Setiap pagi saat kita menyisir rambut, kita melihat adanya kekuatan tak terlihat yang menyebabkan rambut kita menempel di sisir kita”, Chua menjelaskan”.

“Kekuatan tak terlihat yang sama memungkinkan bungkus atau plastik untuk melekat dan melindungi sandwich kita”.

“Gaya tak terlihat ini adalah yang disebut para insinyur sebagai gaya elektrostatis, dan kami menggunakan gaya tak terlihat di masker kami untuk menarik debu dan mikroorganisme dari udara saat kami bernapas, dengan bebas”.

Masker yang satu ini, memiliki masa pemakaian baterai yang lebih dari 30 jam, tentu ini lebih lama dari rentang 10 jam LG.

Ini lebih ringan 100 gram yang dari produk pesaing lainnya, sementara memiliki fitur seperti sterilisasi mandiri dan anti penyumbatan, kata Chua.

Baca Juga: Review Hp Xiaomi Redmi 9A, Ponsel Lengkap dengan Entry Level

“Masker berbasis filtrasi inersia telah mencapai batas teknologinya. Pemakainya akan selalu mengalami kesulitan bernapas”, kata profesor itu.

“Tapi kemudian faktor terpenting dalam masker elektronik adalah menjadi seringan mungkin. Jadi, kami ingin baterainya dilepas agar lebih ringan.”.

Teknologi masker pengionisasi mikro juga mencakup kemampuan penginderaan, kata profesor, yang selanjutnya dapat meningkatkan masker sebagai jenis perangkat yang dapat dikenakan baru.

Sensor di topeng dapat digunakan untuk memantau pola pernapasan sambil membedakan ukuran dan distribusi partikel.

Ini dapat dikembangkan untuk mengirim partikel dan gas yang ditangkap di topeng ke laboratorium eksternal untuk analisis lebih lanjut. Tim juga mempertimbangkan koneksi mikrofon dan Bluetooth.

Baca Juga: Wajib Tahu, Allah SWT Melarang Seorang Anak yang Berani Membentak Kedua Orang Tuanya

“Selama masa pandemi seperti wabah COVID-19 terbaru, akan dibutuhkan masker ringan yang memungkinkan pemakainya bernapas lega sekaligus memberikan perlindungan yang sama”, kata Chua.

Mengenai komersialisasi masker, tim profesor sedang berdiskusi dengan beberapa produsen kontrak, selagi kontrak dengan teknologi AS sedang dalam proses.

“Kami menargetkan sektor medis dulu, melihat kebutuhan masker tersebut dari dokter dan perawat ketimbang konsumen umum”, ujarnya.

“Tapi begitu orang merasa nyaman dengan teknologinya, teknologi itu akan digunakan secara luas dan dapat dibeli di pengecer seperti E-mart”.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: The Korea Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah