Nabi sangat dihormati oleh umat Islam, dan segala jenis penggambaran visual tentang dirinya dilarang dalam Islam.
Karikatur yang dimaksud dipandang oleh umat Islam sebagai ofensif dan Islamofobia karena dianggap mengaitkan Islam dengan "terorisme".
Penerbitan ulang kartun tersebut menandai pembukaan persidangan orang-orang yang dituduh membantu dua pria yang melancarkan serangan mematikan terhadap Charlie Hebdo pada tahun 2015.
Baca Juga: Hidup Sederhana dan Tak Berambisi Kaya, Mantan Presdien AS Ini Tinggal di Rumah Peternakan
Mengutip fakta bahwa majalah tersebut telah memuat kartun yang sama ini, sebagai alasan penyerangan.
Setelah publikasi ulang, seorang pria melukai dua orang dengan pisau daging pada tanggal 25 September di luar bekas kantor Charlie Hebdo.
Guru Samuel Paty, yang telah menunjukkan kartunnya di kelasnya, dipenggal di luar sekolahnya pada tanggal 16 Oktober.
Dan, pada tanggal 29 Oktober, seorang pria yang baru datang dari Tunisia membunuh tiga orang dengan pisau di sebuah gereja Nice.
Serangan tersebut telah mendorong retorika yang lebih keras dari Macron terhadap apa yang dia sebut "separatisme Islam".
Saat memberikan penghormatan kepada Paty, Macron membela merek sekularisme Prancis yang ketat dan tradisi satirnya yang panjang. "Kami tidak akan menyerah kartun," sumpahnya.