Tak Banyak yang Tahu, 8 Risiko Hamil Karena Nikah Muda di Bawah Usia 20 Tahun

30 September 2020, 19:25 WIB
ilustrasi Resiko Hamil /Net

MANTRA SUKABUMI – Banyak nya kasus-kasus pasca melahirkan di Indonesia Tak lepas dari masalah mengenai risiko hamil di bawah usia 20 tahun.

Angka perkawinan dini di Indonesia Masih Tinggi Pasalnya angka perkawinan dini di Indonesia masih tercatat tinggi.

Penyebabnya beragam. Ada yang dikarenakan faktor ekonomi, dan ada pula yang atas dasar suka-sama suka, di mana dua belah pihak keluarga tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat

Baca Juga: Baik Untuk Ibu Hamil, 9 Manfaat Buah Cecenet atau Ciplukan yang Baik Bagi Kesehatan

Bahkan dimasa pandemi ini, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional mencatat adanya lonjakan angka pernikahan dini di Indonesia, terhitung sejak Maret hingga sekarang.

Meskipun pemerintah sudah merevisi ulang peraturan mengenai batasan minimal perkawinan melalui UU Nomor 19 Tahun 2020, namun praktik perkawinan dini masih saja marak terjadi, apalagi karena faktor ekonomi.

Dilansir mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, berikut informasi mengenai risiko hamil di bawah usia 20 tahun.

 

  1. Pendarahan tinggi

Risiko hamil di bawah usia 20 tahun yang pertama tentu saja ialah meningkatnya persentase pendarahan saat melahirkan.

Ketidaksiapan rahim dalam mengandung janin di usia belia, menjadi faktor utama penyebab masalah tersebut.

Pada wanita yang belum berusia di atas 20 tahun, biasanya memiliki mulut rahim yang tidak elastis.

Sehingga risiko robekan saat terpaksa dibuka lebar sewaktu melahirkan juga turut menyebabkan masalah kontraksi, yang akibatnya berujung pada risiko pendarahan.

Baca Juga: Kasus Kehamilan Meningkat Selama Covid-19, Bolehkah Pasien Positif Konsumsi Pil KB?

  1. Mengalami preeklamsia

Risiko hamil di bawah usia 20 tahun lainnya adalah meningkatnya masalah preeklamsia. Kondisi ini terjadi akibat adanya komplikasi.

Selain mengalami tekanan darah tinggi, preeklamsia juga seringnya muncul dengan gejala-gejala, seperti:

Sakit kepala berat

Nyeri di bagian perut kanan atas

Sesak napas

Pusing

Lemas

Mual dan muntah.

Apabila tidak segera ditangani, preeklamsia yang dialami oleh wanita hamil di bawah usia 20 tahun bisa berujung pada kondisi eklamsia, yang mengancam nyawa sang ibu dan janinya.

 

  1. Risiko abortus lebih besar

Ada banyak faktor yang membuat pasangan belia menikah, salah satunya tentu karena pihak perempuan sudah “berbadan dua” alias hamil.

Nah, kehamilan di usia yang tergolong muda ini pastinya membuat si bumil tidak siap akan keadannya.

Sehingga, besar kemungkinan baginya untuk melakukan segala cara agar bisa menggugurkan janin yang ada dalam kandungannya tersebut.

Baca Juga: Selain Tsunami, Waspadai Beberapa Hari Kedepan Wilayah yang Berpotensi Cuaca Dahsyat Menurut BMKG

Jika dilakukan tanpa pemahaman yang lebih, aborsi bukan hanya mengancam nyawa sang ibu namun juga menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi.

Terlebih jika ia mampu bertahan dalam kandungan, yang justru saat lahir bayi akan mengalami kondisi cacat bawaan.

 

  1. Bayi lahir prematur

Pemahaman yang kurang mengenai masa kehamilan juga termasuk dalam risiko hamil di bawah usia 20 tahun.

Sehingga, besar kemungkinan bagi sang bayi untuk lahir dalam keadaan prematur.

Kondisi tersebut biasanya dialami karena alat reproduksi sang ibu yang masih kurang matang dan minimnya keperdulian untuk menjaga kehamilan.

Alhasil, kebutuhan akan gizi dan nutrisi bagi bayi masih di bawah rata-rata.

Kalaupun sang bayi bisa lahir secara prematur, namun kondisi ini sangat berisiko bagi kesehatan sang bayi.

Mulai dari mengalami gangguan pernapasa, penglihatan, hingga tumbuh kembangnya.

 

  1. Mengalami kelainan atau cacat bawaan pada bayi

Risiko hamil di bawah usia 20 tahun berikutnya adalah bayi mengalami kelainan atau cacat bawaan.

Kurangnya pengetahuan seputar janin, membuat bumil tidak mendapat perawatan yang tepat selama masa kehamilannya.

Selain itu, sel telur pada bumil yang masih berusia 20 tahun ke bawah juga dinilai jadi salah satu faktor bayi terlahir cacat.

Sebab di usia belia, sel telur pada perempuan cenderung belum sempurna sehingga berdampak pada fisik anaknya kelak.

Baca Juga: AWAS, Ibu Hamil Jangan Banyak Mengkonsumsi Buah Kedondong, Berikut Efek Sampingnya

  1. Risiko pengeroposan tulang

Saat hamil, biasanya pertumbuhan tulang pada wanita akan terhenti karena kalsium yang ada pada tubuhnya dialihkan ke janin dalam rahim.

Lalu, bagaimana dengan perempuan yang masih berusia 20 tahun ke bawah?

Di usia yang belum genap 20 tahun, kehamilan justru sangat rawan dan tidak dianjurkan.

Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan tulang dan dampaknya di masa yang akan datang bagi sang ibu.

Hamil dan melahirkan di usia belia, tentu membuat pertumbuhan tulang pada bumil terhenti, yang sebenarnya di usia tersebut mereka masih bisa mengalami pertumbuhan lebih pesat.

Terhentinya pertumbuhan tulang ini memang enggak berdampak di masa sekarang. Namun saat telah menginjak usia 50 tahun, barulah muncul masalah pengeroposan tulang.

 Baca Juga: Manfaat dan Khasiat Tanaman Panglay, yang Jarang Diketahui Banyak Orang

  1. Babyblues atau depresi pasca melahirkan

Walaupun bisa melewati masa kehamilan, namun belum tentu perempuan di bawah umur 20 tahun bisa melewati fase pasca melahirkan.

Malahan, setelah melahirkan ada banyak tantangan yang harus dilewati.

Bukan hanya fisik saja yang harus siap, tapi juga mental.

Kalau enggak mampu melewatinya, yang ada justru mereka bisa mengalami depresi yang seringnya kita sebut sebagai sindrom babyblues.

Sebagai informasi, babyblues adalah kondisi di mana perempuan tidak bisa mengendalikan emosinya pasca melahirkan.

Mereka bisa tiba-tiba menangis, tersinggung, dan bahkan kelelahan tanpa sebab.

Baca Juga: LINK FILM G30S/PKI Full Version HD Durasi 4 Jam 25 Menit Via Vidio.com

  1. Kanker serviks dan risiko kematian lebih besar

Terakhir, yang menjadi risiko hamil di bawah usia 20 tahun adalah meningkatnya masalah kanker serviks dan angka kematian.

Pasalnya pada usia yang terbilang muda ini, perempuan cenderung belum siap untuk menghadapi kehamilan, di mana mukosa sel serviksnya masih terbilang belum matang.

Sehingga, berbagai masalah bisa saja terjadi yang menyebabkan dia berisiko terkena kanker serviks maupun risiko terhadap kematian.**

Editor: Fauzan Evan

Tags

Terkini

Terpopuler