Gangguan Mental Saat Pandemi Covid-19 Bisa Dorong Anak ke Percobaan Bunuh Diri, Ini Penjelasan Ahli

- 30 Juni 2021, 19:50 WIB
Ilustrasi gangguan mental.
Ilustrasi gangguan mental. /PIXABAY/Geralt/



MANTRA SUKABUMI - Pandemi Covid-19 yang tidak kunjung henti ini, tentunya sangat mempengaruhi kehidupan, ekonomi hingga menyebabkan gangguan mental banyak orang.

Namun para orang tua harus tetap hati-hati, lantaran gangguan mental di masa pandemi Covid-19 ini, bisa membuat anak menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.

Percobaan bunuh diri ini bisa disebabkan oleh gangguan mental, karena di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, anak-anak dilanda serba keterbatasan.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Hal tersebut dijelaskan langsung oleh dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, Anggia Hapsari.

Dikutip mantrasukabumi.com dari ANTARA, Anggia menjelaskan, umumnya generasi muda hanya ingin mengatasi masalah emosi dengan instan.

"Ketika berhadapan dengan keterbatasan di tengah pandemi, seperti tak bisa bertemu teman, tidak ada teman curhat, aktivitas dibatasi," jelasnya.

Ia mengatakan, hal tersebut sangat berpengaruh kepada mental sang anak.

"Itu membuat perasaan mereka tumpul dan kosong," kata Anggia dalam webinar kesehatan, Selasa, 29 Juni 2021.

Sementarai itu, di tengah rasa sepi dan frustrasi, anak merasa ingin merasakan sakit yang mendorong mereka melukai diri sendiri.

Tindakan tersebut, lanjut Anggia bisa terjadi berulang-ulang, sehingga membuat suasana hati sang anak semakin tertekan.

Lalu pada akhirnya, dalam upaya menghilangkan rasa sakit tersebut, anak akan melakukan percobaan bunuh diri.

Anggia memaparkan, hal ini sama seperti permainan yang bisa diulang dari awal ketika pemainnya kalah.

Baca Juga: Buzzer Hancurkan Mental Mahasiswa, Haris KNPI: Saya Yakin Mereka akan Bersatu dan Menang Lawan Buzzer

Sedangkan anak juga berpikir sama, mereka menganggap bisa mengulang dari awal di kehidupan baru dengan cara mengakhiri hidupnya.

"Jangan bilang 'ah begitu saja tidak bisa, yang kuat dong'," tutur Anggia.

Dirinya memaparkan, sangat penting bagi orangtua untuk mendampingi anak dalam mencari bantuan profesional tanpa ada penghakiman.

Lebih lanjut, menurutnya, orangtua harus menerima keadaan anak dan tidak boleh menganggap perasaannya sebagai hal sepele.

Dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup pada anak bisa dihentikan ketika mereka meyakini orangtua selalu ada untuk mendukung.

"Lakukan pendampingan tanpa adanya penghakiman, anak juga ingin didengarkan, mereka harus tahu pasti ada orangtua yang ada buat mereka," pungkas Anggia.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x