Malam Nisfu Sya'ban adalah Malam di Setorkannya Amalan, Simak Hal Berikut agar Amal Diterima Allah SWt

28 Maret 2021, 22:00 WIB
Malam Nisfu Sya'ban adalah Malam di Setorkannya Amalan, Simak Hal Berikut agar Amal Diterima Allah SWt./* /Pixabay/Fauzan My

 

MANTRA SUKABUMI - Salah satu hal istimewa dalam bulan syaban adalah nisfu syaban atau pertengahan syaban, dan yang paling utama adalah saat malam nisfu syaban.

Malam nisfu syaban adalah malam dimana seluruh amal dalam satu tahun disetorkan ke hadirat Allah SWT.

Tentu saat penyetoran amal di malam nisfu syaban, semua amal yang kita lakukan ingin diterima Allah SWT.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Ini Dia Satpam Penghadang Pelaku Bom di Gereja Katedral Makassar, Jansen Sitindaon: Hormat atas Pengorbanannya

Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari lama jabar.kemenag.go.id, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar amal diterima.

Pertama, harus niatkan ikhlas untuk Allah Swt semata. Yaitu, kehendak hamba dalam segala semua ibadahnya.

Baik berbentuk perkataan atau perbuatan yang dzahir maupun batin hanya untuk mencari ridha Allah Swt semata. Tidak ada harapan pujian, sanjungan, dan balasan materi dari selain Allah SWT.

Yang kedua, ibadah tersebut harus sesuai tuntutan syariat yang Allah kehendaki. Yaitu mengikuti cara ibadah Nabi Muhammad SAW.

Tidak menyelisihi tuntunan manusia pilihan Allah Swt ini. Ibadah tersebut bukan hasil kreasi yang diada-adakan orang; baik bentuknya, tata caranya, waktunya, tempatnya, dan selainnya.

Allah Swt berfirman,

 فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

 “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Baca Juga: Tolak Kaitkan Teror Bom Gereja dengan Agama Tertentu, Ferdinand Hutahaean: Mari Kita Anggap Pelaku Itu Setan

Maksudnya, hendaknya beramal dengan ikhlas untuk Allah dan benar sesuai dengan syariat Rasulullah SAW. Keduanya merupakan rukun amal yang diterima, yaitu ikhlas dan benar.

Selanjutnya Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat tersebut mengampaikan, “(Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya), maksudnya: pahala dan balasan baik dari-Nya.

(maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih), maksudnya: amal yang sesuai syariat Allah. (dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya), dan yang dikehendaki dengan amal itu adalah wajah Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya.”

Beliau Rahimahullah melanjutkan, “Kedua hal ini adalah rukun amal yang diterima, yaitu haruslah amal itu ikhlas untuk Allah,dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.“ (lihat Tafisr Al-Quran al-‘Adzim, Ibnu Katsir dalam tafsir ayat tersebut) hendaknya beramal dengan ikhlas untuk Allah dan benar sesuai dengan syariat Rasulullah SAW.

Keduanya merupakan rukun amal yang diterima, yaitu ikhlas dan benar.

Baca Juga: Tanda Kiamat Semakin Terlihat, Rasulullah SAW Anjurkan Tempati Tiga Negeri ini

Baca Juga: Nasib Naas Seorang Wisatawan Harus Meregang Nyawa di Pantai Palabuhanratu Setelah Terseret Ombak

Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam I’lam al-Muwaqi’in membagi amal hamba menjadi 4 bagian. Dari yang empat itu hanya satu diterima, sedangkan yang tiga tertolak.

Amal yang diterima, menurut beliau, adalah amal yang dikerjakan secara ikhlas karena Allah SWT dan sesuai sunnah Rasulullah SAW. Sementara tiga yang tertolak adalah amal yang kehilangan dua sifat di atas atau salah satunya.

Allah Swt berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

 “(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Sesungguhnya amal yang diterima adalah yang dikerjakan secara ikhlas dan sesuai sunnah. Amal itulah yang dicintai dan diridhai Allah SWT.

Ibnul Qayyim rahimahullah jugs pernah berkata, “beramal tanpa ikhlas dan mengikuti Sunnah laksana musafir yang memenuhi tempat minumnya dengan pasir, sangat memberatkannya dan juga tidak akan memberinya manfaat.” Wallahu A’lam.***

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler