Kisah Teladan Habib Umar bin Hafidz Lebih Memilih Janda, Berikut Al-kisahnya

12 Juni 2021, 21:25 WIB
Kisah Teladan Habib Umar bin Hafidz Lebih Memilih Janda, Berikut Al-kisahnya./ /instagram @habiboemar.org

 

MANTRA SUKABUMI - Dikisahkan bahwa ketika Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz telah berusia 25 tahun dan sudah siap untuk menikah.

Sang Guru yaitu al-Imam al-Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar pun memberikan tawaran kepada Habib Umar bin Hafidz untuk menikah dengan salah satu putrinya.

Habib Umar bin Hafidz pun disuruh untuk memilih salah satu di antara dua putri Sang Guru, yang pertama adalah putri beliau yang masih muda dan perawan.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Baca Juga: Memanas, Jawab Ucapan JK, Rizal Ramli: Yang Dipecat Gus Dur Itu Jusuf Kalla Karena Main Impor Beras

Dan pilihan kedua adalah putri beliau yang sudah berstatus janda. Tanpa pikir panjang, Habib Umar pun memilih putri gurunya itu yang sudah berstatus janda.

Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber pada Sabtu, 12 Juni 2021, berikut kelanjutan kisah Habib Umar bin Hafidz.

ketika Habib Umar memilih putri kedua sang Guru, ketika sang Guru menanyakan apa yang menyebabkannya menentukan pilihan itu.

Habib Umar pun menjawab: “Aku ingin ditemani oleh seseorang yang telah memiliki pengalaman di dalam menjalani kehidupan, karena suatu saat nanti aku akan membawa beban yang cukup berat (perjuangan dakwah).

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Minggu 13 Juni 2021, Sebagian Daerah di Jakarta Cerah

Dan satu lagi yaitu, aku ingin mengikuti apa yang dilakukan oleh Kekasihku Muhammad al-Musthafa Saw.” Rasulullah Saw. ketika menikahi Sayyidah Khadijah Ra. berumur 25 tahun dan Sayyidah Khadijah Ra. sudah berstatus janda.

(Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 08 Desember 2013 Disadur dari fp: Idolaku Nabi Muhammad SAW).

Sekilas tentang akhlak Habib Umar al-Hafidz

Berikut ini ada sekelumit kisah menarik tentang keluhuran budi pekerti Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang dikisahkan langsung oleh penulisnya.

Berikut saya akan kutip kisahnya, semoga lantaran kisah ini membuat kita semakin rindu akan kehadiran beliau di bumi Indonesia pertiwi pada tahun-tahun berikutnya. [Aamiin.]

Baca Juga: Waspada, ini 6 Alasan Mengapa Anda Harus Berhenti Bermain HP Sebelum Tidur

Ini adalah pengalaman pribadi saya (Habib Ahmad ibn Muhammad Alkaff) yang tak akan pernah terlupa tentang kemuliaan akhlak Guru Mulia Alhabib Umar ibn Hafidz.

Waktu itu pertengahan April 1994 musim dingin di kota Tarim-Hadramaut mulai menyapa kami, yang memang kami sendiri belum terbiasa dengan dinginnya cuaca Tarim tatkala musim dingin tiba.

Alhabib Umar pun telah menyiapkan untuk kami para santrinya dari Indonesia yang waktu itu sangatlah manja dengan sebuah selimut tebal yang mahal, masing-masing dari kami mendapatkan satu selimut.

Kisah pun bermula, seperti biasanya selepas Ashar kami dan Alhabib Umar menuju kota Tarim untuk menghadiri "rauhah" dan maulid dikota tersebut.
Selepas acara kami pun kembali kekediaman Alhabib Umar dikota Aidid. Biasanya kami pulang larut malam.

Karena pada waktu itu Alhabib Umar hanya memiliki 1 mobil maka kami pun selalu berebutan untuk menaiki mobil tersebut. Terkadang mobil nissan patrol itu dimuat oleh 20 orang lebih sehingga penuh didalam dan diatas mobil.***

Editor: Encep Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler