Wajibkah Membaca Surat Setelah Al-Fatihah, Berikut Penjelasan Hukumnya

- 22 April 2021, 21:20 WIB
Wajibkah Membaca Surat Setelah Al-Fatihah, Berikut Penjelasan Hukumnya./
Wajibkah Membaca Surat Setelah Al-Fatihah, Berikut Penjelasan Hukumnya./ /Pixabay/Teyeb MEZAHDIA/



MANTRA SUKABUMI - Membaca surat setelah Al-Fatihah bukan termasuk rukun, yang wajib dikerjakan.

Meskipun demikian membaca surat setelah Al-Fatihah memiliki keutamaan sebagai penyempurna sholat yang dikerjakan, lalu bagaimana hukumnya?

Jika merujuk kaidah ushul bahwa satu perintah menjadi sebab perintah atas yang lainnya, seperti perintah sholat adalah wajib, maka wudhu pun hukumnya menjadi wajib.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Kecewa Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hilang, Ahli Telematika: Malah Ikutan Harun Masiku

Dikutip mantrasukabumi.com dari keterangannya dari kitab Manhajus Salikin karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Beliau berkata:

وَيَقْرَأُ مَعَهَا فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُوْلَيَيْنِ مِنَ الرُّبَاعِيَّةِ وَالثُّلاَثِيَّةِ سُوْرَةً

Artinya, “Dan bacalah setelah surah Al-Fatihah, satu surah pada dua rakaat pertama dalam sholat yang raka’atnya empat dan tiga rakaat.”

Pada dua rakaat pertama dari sholat yang empat rakaat yaitu sholat Zuhur, sholat Ashar, sholat Isyak, juga sholat yang tiga rakaat yaitu solat Maghrib, bagi imam, makmum.

Hal ini diperkuat berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

وإنْ لَمْ تَزِدْ علَى أُمِّ القُرْآنِ أجْزَأَتْ وإنْ زِدْتَ فَهو خَيْرٌ

Artinya, “Jika engkau tidak menambah selain surat Al-Fatihah, maka itu boleh. Adapun jika engkau menambah lebih dari itu, maka itu lebih baik.” (HR. Bukhari, no. 772 dan Muslim, no. 396).

Wajib membaca surah Al-Fatihah, diperintahkan untuk imam dan orang yang shalat sendirian saja. Dalilnya adalah hadis di bawah ini.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah dan Sholat Subuh 11 Ramadhan 1442 H di Wilayah Sukabumi Jumat 23 April 2021

Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَقْرَأُ في الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِن صَلَاةِ الظُّهْرِ بفَاتِحَةِ الكِتَابِ، وسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ في الأُولَى، ويُقَصِّرُ في الثَّانِيَةِ ويُسْمِعُ الآيَةَ أَحْيَانًا، وكانَ يَقْرَأُ في العَصْرِ بفَاتِحَةِ الكِتَابِ وسُورَتَيْنِ، وكانَ يُطَوِّلُ في الأُولَى، وكانَ يُطَوِّلُ في الرَّكْعَةِ الأُولَى مِن صَلَاةِ الصُّبْحِ، ويُقَصِّرُ في الثَّانِيَةِ.

Artinya, “Nabi Muhammad SAW membaca surah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama dari shalat Dzuhur, dan dua surah yang beliau panjangkan pada yang pertama dan lebih ringan pada yang kedua.

Kadang beliau memperdengarkan ayat tersebut. Dalam shalat Ashar beliau membaca surah Al-Fatihah dan dua surah, lalu beliau panjangkan yang pertama.

Dalam shalat Shubuh, beliau memanjangkan rakaat pertama dan lebih memperingan rakaat kedua.” (HR. Bukhari, no. 759 dan Muslim, no. 451)

Para ulama seperti disebutkan dalam Al-Mughni karya Ibnu Qudamah (1:532), Fath Al-Bari karya Ibnu Rajab (8:7) bersepakat bahwa disunnahkan membaca surah setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama.

Dibolehkan juga membaca dari pertengahan surah. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah SAW membaca dalam shalat Subuh pada rakaat pertama ayat.

Baca Juga: Terawangan Denny Darko Kembali Terbukti, Nathalie Holscher Umumkan Kehamilannya

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Artinya, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,

Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya.

Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.” (QS. Al-Baqarah: 136)

Lalu pada rakaat kedua, di antara yang beliau baca,

آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Artinya, “Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS. Ali Imran: 52) (HR. Muslim, no. 727)

Dari Abu ‘Abdillah Ash-Shunabihi, ia berkata, “Aku tiba di Madinah pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Di belakangnya, aku melaksanakan shalat Maghrib.

Abu Bakar ketika itu membaca pada dua rakaat pertama dengan surah Al-Fatihah (Ummul Quran) dan surah dari qisharul mufashshol (dari surah Adh-Dhuha sampai dengan surah An-Naas).

Baca Juga: Raih Lailatul Qadar pada Bulan Ramadhan dengan Iktikaf di Masjid, Begini Rukun, Syarat dan Niatnya

Kemudian Abu Bakar berdiri pada rakaat ketiga dan aku mendekatinya sampai-sampai pakaianku menyentuh pakaiannya, aku mendengar ketika itu beliau membaca surah Al-Fatihah (Ummul Quran) dan membaca ayat,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةًۚإِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya, “(Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)”.” (QS. Ali Imran: 8). ***

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x