Hanya Karena Seekor Lalat, 2 Orang Laki-laki jadi Masuk Surga dan Neraka Karenanya, Simak Kisahnya

- 4 Juni 2021, 21:58 WIB
Foto ilustrasi lalat hijau
Foto ilustrasi lalat hijau /stevepb/pixabay



MANTRA SUKABUMI – Lalat merupakan binatang yang sering Anda lihat di tempat-tempat yang sangat jorok, seperti tempat sampah, sungai kotor dan lain-lain.

Meskipun begitu, Rasulullah SAW pernah menceritakan mengenai seekor lalat yang menjadi jalan bagi 2 orang laki-laki yang masuk ke surga dan ke neraka.

Bahkan dalam cerita lain dijelaskan bagaimana seekor lalat bisa menjadi jalan masuknya ke surga bagi seorang ulama besar di abad pertengahan.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Mengenai kisah dua orang laki-laki yang masuk kesurga dan ke neraka, kisah ini dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber hadist dan kitab para ulama, pada Jumat, 4 Juni 2021.

Kisah ini ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab yang berjudul Az Zuhud. Ia menulis sebuah riwayat yang disampaikan sahabat Salman Al Farisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.”

Para sahabat yang bingung kemudian bertanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”

“Ada dua orang lelaki,” jawab Rasulullah, “yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala.Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah!”

Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.”

Rasulullah meneruskan, mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat!”. Orang tadi kemudian menangkap lalat dan mengorbankannya. Karena pengorbanan tersebut mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka.

Mereka kemudian memerintahkan satu orang lagi untuk berkorban serupa seperti yang sebelumya. “Berkorbanlah!, Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.

Demikianlah keadaan dua orang manusia yang nasibnya berbeda karena salah satunya berujung di neraka selama-lamanya, dan yang lainnya berujung di surga selama-lamanya. Padahal, keduanya sebelumnya adalah sama-sama seorang Muslim.

Baca Juga: Kode Redeem ML 'Mobile Legend' Hari ini Sabtu 5 Juni 2021 dan Dapatkan Item Barunya Disini

Kisah serupa juga tertulis oleh Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad. Ia   menulis kisah seseorang yang berjumpa Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. Imam al-Ghazali adalah ulama abad pertengahan dengan reputasi kealiman yang tak diragukan. Ia merupakan cendekiawan muslim yang komplet. Ia menguasai disiplin filsafat, soal teks-teks agama yang rumit dan sangat disiplin ibadah.
“Bagaimana Allah memperlakukanmu?” tanya orang tersebut.

Imam al-Ghazali lantas menceritakan bahwa saat berhadapan dengan Allah SWT ia ditanya bekal yang harus diserahkan kepada Allah. Ia kemudian mengatakan dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia. Namun Allah SWT menolak itu semua.

“Aku (Allah) menolak itu semua!” Ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.

Suatu saat Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat “usil” ini haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

Baca Juga: Polisi Berhasil Ungkap Pesta Narkoba Berkedok Family Gathering, 60 Orang Diamankan 27 Diantaranya Positif

“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.

Kisah di atas tentu saja menjadi tamparan bagi golongan yang biasanya membanggakan pencapaiannya dalam beribadah. Karena sebenarnya  yang bisa menilai ibadah seseorang adalah Allah SWT bukan diri sendiri atau manusia lain.

Segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan. Maka janganlah pernah menyepelekan amal kebaikan walaupun kecil.Demikian juga dengan keburukan meski kita anggap kecil, karena bisa saja hal itu yang menjerumuskan orang ke neraka.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x