Makna Kafir Menurut Pandangan Gus Baha, Jangan Sampai Salah Tafsir

- 17 Juni 2021, 07:02 WIB
Makna Kafir Menurut Pandangan Gus Baha, Jangan Sampai Salah Tafsir./
Makna Kafir Menurut Pandangan Gus Baha, Jangan Sampai Salah Tafsir./ /Instagram/@ngajigusbaha


MANTRA SUKABUMI - K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha' adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang.

Gus Baha' dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an.

Saat ini arti kafir sering disalahgunakan dan dipakai tidak pada tempat yang semestinya. Memang diperlukan pengertian yang dalam dan pikiran yang terbuka dalam memaknainya.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Baca Juga: Habib Husin Alwi Shihab Sebut UAS Masuk Kategori Ustadz Murtad, Ini Penyebabnya

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha pernah menerangkan tentang penjelasan ragam makna kata kafir dalam Al-Qur’an dan hadis.

Mengutip dari iqra id, menurut Gus Baha, kata Kafir yang terdapat dalam hadits tidak semua merujuk dan bermakna keluar dari Islam. Ada juga yang bermakna tidak mensyukuri nikmat.

Gus Baha juga menuturkan, kita jangan seperti orang Khawarij, setiap perbuatan dosa disebut kafir. Mabuk disebut kafir, zina disebut kafir, bahkan setiap doa disebut kafir.

Bahasa kafir yang dimaksud Nabi ketika orang berdosa adalah memungkiri nikmat, bukan kafir keluar Islam. Itu sudah ijma’ (kesepakatan) ulama.

Misalnya Nabi pernah bersabda:

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Tidak ada orang zina ketika zina dia berstatus mukmin, tidak orang mencuri ketika mencuri dia berstatus mukmin."

Baca Juga: Jadwal Acara RTV Hari Ini Kamis 17 Juni 2021: Ada BoBoiBoy, Kera Sakti, Sportivi, hingga Wali Songo

Maknanya seperti ini, kalau dia saat itu mukmin dengan aturan orang mukmin harus meninggalkan mencuri, meninggalkan zina, maka dia pasti dia tidak zina. Tetapi, bukan berarti dia yang zina itu kafir.

Menurutnya, Banyak teks-teks hadis yang seakan-akan pelaku dosa besar itu oleh Nabi diistilahkan disebut “kafir”. Itu makannya inkar terhadap nikmat Allah, bukan keluar dari Islam.

Itu sudah jelas ijma’ ulama. Karena kata kafir yang digunakan untuk orang Islam itu mengkafiri nikmat. Seperti ayat:

وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

Sekarang, kafir di sini keluar dari Islam apa kafara nikmat? Kafara nikmat. Oleh karena itu Imam Suyuti menafsiri wa man kafara ayyin nikmata. Bukan mengkafiri Allah tapi mengkafiri nikmat.

Dan lebih mudah lagi dan mungkin kalian hafal biasanya dibuat pidato, yaitu ayat:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Itu menunjukkan bahwa kata syukur itu bandingannya kata kafir. Tidak semua kata kafir itu bandingannya kata Islam.

Baca Juga: Baca Komik Tokyo Revengers Chapter 209 Bahasa Indonesia Terbaru, Berikut Link Legal dan Waktu Rilis Gratis

Hal itu menunjukkan, tidak semua kata kafir yang digunakan Allah dan Rasul-Nya itu menunjuk pada kata kafir yang keluar dari Islam.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x