"Tapi kita ini kadang merawat anak, biar kelak bisa merawat kita di hari tua"
"Tapi para nabi sudah mendidik:
اِذْ قَا لَتِ امْرَاَ تُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَـكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
iz qoolatimro-atu 'imroona robbi innii nazartu laka maa fii bathnii muharrorong fa taqobbal minnii, innaka angtas-samii'ul-'aliim
"(Ingatlah), ketika istri `Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 35)
"Muharror: itu terbebas dari kemudahan-kemudahan duniawi"
"Terbebas dari keterkaitan duniawi dan hanya untuk akhirat" Jelas Gus Baha.***