Orang Saleh itu Harus Kaya, Kenapa? Gus Baha: Kalau Pakai Logika Harta itu Fitnah

- 27 Desember 2021, 15:10 WIB
Orang Saleh itu Harus Kaya, Kenapa? Gus Baha: Kalau Pakai Logika Harta itu Fitnah
Orang Saleh itu Harus Kaya, Kenapa? Gus Baha: Kalau Pakai Logika Harta itu Fitnah /*/Mantrasukabumi.com/

 

MANTRA SUKABUMI - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang biasa dipanggil Gus Baha menjelaskan bahwa orang saleh itu harus kaya.

Sebab kata Gus Baha, harta jika di tangan orang saleh maka akan dibawa dalam kebaikan.

Maka dari itu Gus Baha sarankan agar para kiai, ulama atau orang saleh harus memiliki harta atau kaya.

Baca Juga: Kata Gus Baha Pemabuk ini Disukai Nabi Muhammad SAW karena Rasa Cintanya: Ahlussunnah Sepakat

Karena kalau harta berada di tangan orang fasik, maka akan menjadi sarana pengantar dalam kemaksiatan.

"Kalau pakai logika fikih, harta itu fitnah, seakan-akan harta itu masalah. Tapi kalau ini (harta) dimiliki orang zalim, maka akan menjadi masalah besar. Sehingga orang saleh juga harus menguasai harta," terang Gus Baha sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari video yang diunggah di kanal YouTube Santri Muda Gus Baha pada Senin, 27 Desember 2021.

Bahkan imam syafi'i walaupun hidupnya sangat sederhana, ia mengagumi orang miskin dan menginginkan orang saleh menguasai harta.

Kemudian Gus Baha memberikan contoh sebagaimana kisah imam syafi'i yang bertanya kepada gurunya, Imam Malik tentang seorang yang lebih alim darinya.

Jawaban Imam Malik lucu. "Dulu Imam Abu Hanifah, tapi sekarang orangnya sudah meninggal, ilmunya diwariskan kepada Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban," begitu jawaban Imam Malik seperti dijelaskan Gus Baha.

Imam Malik sendiri adalah sosok orang alim juga kaya raya, bahkan ia terbiasa dengan pakaian mewah.

Turban menjuntai, kendaraan yang bergonta-ganti dari jenis kuda dan unta mahal, serta aksesoris lainnya.

Sehingga pada saat ia wafat, Imam Malik meninggalkan harta yang sangat banyak, seperti karpet hingga bantal yang berisi bulu, yang saat dijual, harganya bisa mencapai 500 dinar.

"Jadi Imam Malik itu kaya, dan Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban juga kaya, tapi juga alim. Itu diakui sendiri oleh Imam Malik,” ucap Gus Baha.

Bahkan Imam Syafi’i dibiayai oleh Imam Malik untuk pergi ke Irak guna menemui Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban.

Namun begitu tiba dirumah Muhammad bin Hasan, imam Syafi'i kaget, karena rumah tersebut sangat megah, bahkan ketika ia tiba, Muhammad bin Hasan sedang sibuk menata uang dan emas.

Melihat Imam Syafi’i seperti aneh saat menyaksikan hartanya begitu banyak, Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban langsung berucap:

Baca Juga: Akhir Zaman, Banyak Orang Pakai Baju dan Celana Ini ke Masjid, Gus Baha: Bahaya Berpotensi Masuk Neraka

"Anda kagum ini, anda kaget ini. Kalau kamu menyoal orang saleh kaya, ini (harta) saya kasihkan kepada orang-orang fasik biar dipakai judi, selingkuh, maksiat, dan sebagainya," kata Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban.

"Jangan, jangan, harta ini harus tetap di tangan orang saleh. Kalau jatuh ke tangan orang fasik, bahaya." jawab Imam Syafi'i.

Jadi dapat kita simpulkan dari dialog diatas, bahwa orang alim dan saleh itu boleh bahkan harus kaya dan menguasai harta.

Hal tersebut bertujuan agar ketika harta dikuasai orang saleh bisa digunakan dalam kebaikan.

Sedangkan ketika harta dikuasai orang fasik, maka akan menjadi mudharat dan digunakan maksiat.

"Berarti kiai boleh kaya, dan sejak saat itu ada gerakan kiai kudu sugih (harus kaya). Cuma ada yang kesampaian, ada yang tidak (kesampaian)." terang Gus Baha.

Kebolehan bahkan keharusan bagi orang alim itu kaya, juga diqiyaskan kepada kekuasaan, karena ketika kekuasaan dipegang orang saleh maka akan berjalan dalam kebaikan.

Sedangkan jika kekuasaan dikuasai oleh orang fasik, maka akan menjadi masalah dan menimbulkan kekacauan.***

Editor: Ina Herlina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x