Kisah Khulafaur Rasyidin Umar bin Khatab: Obat Penyakit Mematikan ada Pada Sabda Nabi ﷺ

- 29 April 2020, 10:37 WIB
ILUSTRASI wabah Tha'un Amwas (penyakit mematikan di Amwas, Syam), menelan korban hingga lebih dari 25 ribu orang dan menewaskan dua pemimpin negeri Syam secara bergantian.
ILUSTRASI wabah Tha'un Amwas (penyakit mematikan di Amwas, Syam), menelan korban hingga lebih dari 25 ribu orang dan menewaskan dua pemimpin negeri Syam secara bergantian. //*Islam.org

MANTRA SUKABUMI – Wabah penyakit virus Corona (COVID-19) yang saat ini melanda duni masih belum ada tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

Pasalnya, setiap hari jumlah kasus kian bertambah, sudah hampir 3 juta kasus positif dari seluruh dunia. Bahkan korban yang meninggal lebih dari 200 ribu orang.

Pandemi virus Corona selain memakan banyak korban juga telah melumpuhkan segala aktivitas manusia di berbagai sektor, terutama perekonomian.

Baca Juga: Jumlah Kematian Berkali Lipat, Media Asing Tuding Indonesia Palsukan Data COVID-19

Sebab, hampir tiap negara yang terpapar dalam upaya memerangi virus Corona ini mengeluarkan kebijakan supaya masyarakt tetap berada di rumah tanpa melakukan aktivitas apapun di luar rumah.

Wabah penyakit mematikan yang melanda dunia sudah ada sejak dahulu. Bukan hanya virus Corona saja, pada masa sahabat Nabi SAW yakni Khulafaur Rasyidin Umar bin Khatab pernah juga terjadi wabah penyakit mematikan melanda dunia.

Tepatnya pada bulan Rabiul Awwal tahun 17 atau 18 hijriyah, sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang gagah dan berani itu, pernah berdebat dengan Abu Ubaidah, Gubernur Syam soal wabah penyakit mematikan.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Wilayah Sukabumi : 6 Ramadan 1441 H / 29 April 2020

Bermula saat Abu Ubaidah memberitahu Umar bahwa wilayah Syam tengah dilanda wabah Tha'un Amwas (penyakit mematikan di Amwas, red). Sang Amirul Mukminin yang berencana hendak pergi kesana mengurungkan niatnya dan meminta pasukan untuk singgah dulu di wilayah Saragh.

Wabah Tha'un Amwas adalah wabah yang paling mematikan di negeri Syam, banyak disebut wabah ini lebih mengerikan dibanding virus corona, menelan korban jiwa lebih dari 25 ribu orang, bahkan menewaskan gubernur Syam secara bergantian ketika itu.

Dilansir Tim Mantra Sukabumi dari PikiranRakyat-Cirebon.com berdasarkan sumber dari akun Youtube Khalid Basalaman Official dengan tajuk 'Kisah Wabah di massa Umar bin Khatab', dikatakan saat itu Umar tengah kebingungan ke arah mana ia hendak membawa pasukannya itu.

Baca Juga: Peneliti Prediksi 2020 Jadi Salah Satu Tahun Tersulit dan Terpanas

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Pikiran-Rakyat.Cirebon.com dengan judul "Kajian Ramadhan: Kisah Umar bin Khatab, Sabda Rasul SAW jadi Obat Hadapi Wabah Mematikan."

Ketika tempat yang hendak dikunjunginya tengah dilanda wabah penyakit mematikan. Dan ia baru mengetahuinnya saat sampai di wilayah sebrang yang berjarak sungguh dekat dengan tempat wabah mematikan itu menyerang.

Tak disebutkan secara jelas, dalam misi apa Umar bin Khatab mendatangi wilayah Syam itu, ada sumber yang menyebut untuk melawan bangsa Romawi yang saat itu menentang Islam, sedangkan sumber lain mengungkap, dalam misi kunjungan, usai negeri Syam bergabung dengan kekuasaan Islam.

Kemudian, Abdullah Ibnu Abbas seperti yang diriwayatkan dalam hadist Abdurahman bin Auf menceritakan bahwa ketika itu Umar memninta dipanggilkan beberapa Muhajirin sepuh, untuk berdiskusi mengenai kebingungannya itu.

Baca Juga: Gadis asal Jampangtengah Meninggal, Dimakamkan dengan Protap Covid-19, Ini Kata Satgas

Pasalnya Umar tidak dapat memutuskan secara sepihak terkait nasib ribuan pasukan yang ia bawa menuju ke negeri Syam. Diketahui Umar bin Khatab adalah sosok pemimpin yang paling bijaksana dalam memutuskan sebuah perkara yang berkaitan dengan kepentingan umat.

Musyarawah yang dilakukan dengan para sesepuh Muhajirin itu berujung perdebatan, yang terjadi antara tokoh senior Muhajirin dan Umar bin Khatab.

Ada yang menyaranakan agar Umar tetap melanjutkan perjalanan ke Syam, namun tak sedikit yang meminta Singa Padang Pasir itu kembali ke Madinah untuk menghindari wabah.

Baca Juga: Usir 3 Perawat dari Kontrakan, Seorang Bidan Menangis Usai Ditelpon Gubernur Jateng

Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muad bin Jabbar berkata: "Kau hendak melawan takdir Allah swt wahai Umar, masuklah saja ke negeri Syam dan tawakallah pada Allah swt, serahkan semuanya pada Sang Pencipta," terang Ustaz Khalid Basalamah.

Ummar bin Khatab menjawab: "Tak aku sangka wahai Abu Ubaidah, perkataan itu keluar dari mulut orang sepertimu, seharusnya engkau yang pintar dan berakal tak berucap seperti demikian," terang Ustaz Khalid Basalamah, sembari menambahkan bahwa saat itu Umar begitu khawatir dengan pasukan yang ia bawa.

Tak ada titik temu, pertemuan bertajuk diskusi itu dibubarkan. Namun Umar belum menyerah, kemudian ia meminta Ibnu Abbas untuk memanggil orang-orang Anshar. Terulang kembali, tak ada titik temu, perdebatan kembali menyeruak dalam diskusi tersebut dan Umar belum mendapat solusi terbaik.

Baca Juga: Tiga Tingkatan Kesabaran Bagi Orang Yang Berpuasa, Simak Uraiannya

Di tengah kebingunganya itu, Umar bin Khatab terus berdoa, meminta petunjuk dari Allah swt, sembari memohon ampunan karena mungkin saja benar apa yang dikatakan sesepuh Muhajirin, bahwa Umar yang tengah meragukan kepergiannya adalah respon penolakan terhadap takdir yang telah digariskan Allah swt.

Hingga suatu ketika, pemimpin yang terkenal akan kecerdasan dan ketangkasannya dalam memutuskan sebuah perkara, berusaha meyakinkan Abu Ubaidah, bahwa ia hendak kembali ke Madinah agar semua pasukannya dapat selamat dari wabah itu.

Meski Abu Ubaidah tak langsung menerima keputusan itu, bahkan ia marah dengan Umar karena telah melawan takdir Allah swt untuk berkunjung ke daerah yang dipimpinnya, namun Umar terus berusaha meyakinkan.
Hingga, datanglah Abdurrahman bin Auf menjelaskan bahwa apa yang akan dilakukan Umar, itu adalah pilihan paling tepat, karena persis dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

"Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya," terang Ustaz Khalid Basalamah.

Baca Juga: PSBB di Bogor, Petugas Terminal Palabuhanratu Pulangkan Bus yang Nekat Berangkat

Umar bin Khatab kemudian meminta Abu Ubaidah meninggalkan negeri Syam dan jangan kembali kesana sampai wabah itu mereda. Namun Abu Ubaidah menolak dan tetap tinggal di Syam, tak berselang lama ia terkena wabah dan meninggal dunia.

Tak hanya Abu Ubaidah, bahkan Muaz bin Jabbal yang menggantikan Abu Ubaidah sebagai Gubenur Syam juga meninggak dunia terkan wabah.

Wabah penyakit di Syam baru mereda setelah Amir bin Ash menjabat gubernur. Ia mencoba menganalisa penyebab munculnya wabah dan kemudian melakukan isolasi, orang yang sakit dipisahkan. Akhirnya wavah penyakit di Syam perlahan-lahan mulai hilang.** (Penulis: Ayunda Lintang Pratiwi).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x