Subhanallah, Kisah Sahabat Julaibib yang Dinikahkan Allah dengan Bidadari Surga

- 5 Juni 2020, 07:11 WIB
ILUSTRASI ibadah salat.*
ILUSTRASI ibadah salat.* /PIXABAY/

MANTRA SUKABUMI - Banyak kisah sahabat Nabi yang menginspirasi kita untuk hidup lebih baik, mementingkan seruan Allah dan Nabi-Nya ketimbang memperturutkan hawa nafsu sesaat.

Sebagi manusia, kita tidak lepas dari berbagai hasrat kebutuhan duniawi. Harta, tahta dan wanita menjadi kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi. Namun jika tidak ada bingkai koridor nilai-nilai agama, setidaknya potensi penyimpangan dimungkinkan akan terjadi karena tidak adanya alat yang bisa mengontrol diri.

Seperti kisah sahabat Nabi, Julaibib. Ia tidak tampan juga tidak kaya. Namun, ia mulia dalam penilaian Allah dan RasulNya. Ia sahabat yang selalu berusaha membersamai Rasulullah dan membaktikan dirinya untuk Islam.

Dikutip dari laman bersamadakwah.net, dikisahkan siapa orang yang tidak mau putrinya dinikahi Rasulullah. Bahkan kata Syaikh Mahmud Al Mishri dalam buku sirah shahabat yang berjudul Ashaabur Rasul, sebelum menikahkan putrinya, para sahabat menghadap Rasulullah dengan harapan siapa tahu Rasulullah berkenan menikahinya.

Baca Juga: Doa Hubungan Intim Suami Istri Berikut Tulisan Arab Latin dan Artinya

“Tentu ya Rasulullah, dengan senang hati.”

“Tapi aku melamar putrimu bukan untukku.”

“Untuk siapa ya Rasulullah?” Sahabat itu mulai kepikiran. Jika bukan untuk Rasulullah, lalu untuk siapa? Kalau untuk sahabat ternama seperti Abu Bakar, Umar, Utsman atau Ali pasti banyak ayah senang putrinya menjadi istri sahabat Nabi terbaik. Kalau untuk Abdurrahman bin Auf, pasti banyak juga ayah yang senang putrinya menjadi istri sahabat ternama yang kaya raya.

Sahabat itu kepada istrinya sesampainya di rumah.

“Alhamdulillah… betapa beruntungnya kita.”

“Tapi bukan untuk beliau.”

“Lalu untuk siapa?”

“Julaibib.”

“Kalau untuknya, aku tidak akan menikahkan putri kita.” Sang ibu mengkhawatirkan masa depan putrinya. Kekhawatiran yang wajar bagi orangtua, putrinya yang sangat cantik harus menikah dengan laki-laki yang tidak tampan dan tidak punya? Wajar ia khawatir dan tidak menyetujuinya.

Baca Juga: Kisah Sumayyah binti Khayyath, Perempuan Pertama dalam Islam yang Mati Syahid

“Ayah, ibu, apa yang kalian katakan? Apakah kalian akan menolak pinangan Rasulullah?” Putrinya yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka keluar dari kamarnya.

“Tapi bukan untuk Rasulullah. Untuk Julaibib.”

“Jika Rasulullah yang melamar, apakah Ayah dan Ibu akan menolak? Aku sekali-kali tidak akan menolaknya. Aku yakin Rasulullah tidak akan membuat kita sengsara.” Jawaban tegas gadis itu meluluhkan hati ayah bundanya.

Pernikahan dilangsungkan. Di malam harinya, sebelum Julaibib menikmati malam pertama dengan istri yang cantik jelita itu, seruan jihad menggema.

“Wahai para penunggang kuda, siapkan kuda kalian. Malam ini ada perang fi sabilillah!”

“Wahai para pemanah, siapkan panah kalian. Malam ini ada perang fi sabilillah!”

Mendengar seruan itu, ia langsung bergegas. Ia segera keluar rumah menyongsong panggilan jihad.

Ketika perang selesai, Rasulullah bertanya kepada para sahabat yang sedang mengevakuasi mujahid yang terluka dan para syuhada. “Apakah kalian kehilangan seseorang?”

Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Syawal Berikut Tata Cara Pelaksanaanya

“Tidak ya Rasulullah. Semua sudah kita temukan.”

“Apakah kalian kehilangan seseorang?”

“Tidak ya Rasulullah. Semua pasukan sudah kembali, yang syahid sudah kita temukan.”

“Apakah kalian kehilangan seseorang?” Pertanyaan itu sampai diulang tiga kali. “Aku kehilangan Julaibib.”

Mereka tidak terpikir nama itu. Setelah disebut oleh Rasulullah, baru mereka mencarinya dan mendapatkan Julaibib telah syahid. Di sekitar jasadnya ada tujuh mayat musuh. Para sahabat mendapatkan kesimpulan, Julaibib syahid setelah membunuh tujuh tentara kafir tersebut.

Lalu Rasulullah membopong jasad Julaibib dengan kedua tangan beliau. Ketika memakamkan, Rasulullah juga yang memasukkan jasadnya ke makam.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Syawal, Salah satunya Seperti Berpuasa Setahun Penuh

“Julaibib adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian dari Julaibib,” Rasulullah mengulangi kalimat itu dua kali. Membuat banyak sahabat iri. Ternyata kedudukan Julaibib sangat istimewa di hadapan Rasulullah. Ia mati syahid dan dinyatakan bagian dari Rasulullah, yang tentu saja mendapat keutamaan besar termasuk dinikahkan dengan bidadari.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: bersamadakwah.net


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x