Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Seseorang yang menerima apa yang diberikan Allah dan yang dianugerahkan kepadanya dengan ikhlas dan merasa cukup menjadi salah satu ciri memiliki sifat qanaah.
Kebahagiaan seseorang dapat diukur pula dengan memiliki sifat qanaah, sebab dalam firman-Nya Allah SWT menjelaskan:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [Quran An-Nahl: 97]
Diriwayatkan dari pendapat Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, radhiallahu ‘anhum. Kemudian pendapat para tabi’in semisal Hasan al-Bashri, Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, Wahb bin al-Munabbih. Mereka mengatakan hayatan thayyibah yang Allah janjikan bagi orang-orang yang beriman adalah sifat qanaah.
Sementara itu, kata Hasan al-Bashri menafsirkan ayat tersebut:
لَنَرْزُقَنَّهُ قَنَاعَةً يَجِدُ لَذَّتَهَا فِي قَلْبِهِ
“(Siapa yang beriman) akan kami anugerahkan qanaah. Dia merasakan kelezatan di dalam hatinya.”
Baca Juga: Edisi Tahun Baru Islam 1444 H, Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat Tema: Amalan di Bulan Muharram