Solusi Hidup Bahagia dengan Alquran Versi Gus Baha

- 4 Juli 2020, 06:32 WIB
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.*
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.* //Jurnal Presisi

MANTRA SUKABUMI - Pada salah satu acara, KH. Baharudin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha  mengisi pengajian tahunan Isra Mi'raj yang di selenggarakan oleh Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta.

Ia diberikan kesempatan untuk mengisi pengajian tentang Alquran.

Pada acara tersebut, Gus Baha menyampaikan bahwa mempelajari Alquran itu sangat mudah, saking mudahnya bahkan pada zaman Nabi orang-orang kafir pada saat itu juga mampu memahaminya.

Baca Juga: 3 Amalan Doa Saat Sujud Terakhir Ketika Shalat yang Sering Dilupakan

"Orang-orang kafir itu tidak pernah kuliah di IAIN, tidak pernah belajar di PSQ, tapi ketika dibacakan langsung faham," ungkapnya di Masjid Bayt Al-Qur'an Pondok Cabe, Pamulang, Tangsel.

Gus Baha menjelaskan bahwa ketika awal pertama Alquran diturunkan, objek Alquran itu justru kepada orang kafir, sehingga ada ayat qul ya ayyuhal kafirun.

"Karena semua masyarakat pada zaman itu adalah kafir," kata putra Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Alquran di Kragan, Narukan, Rembang itu.

Baca Juga: Saat Shalat Tiba-tiba Muncul Luapan Syahwat Hingga Ereksi, Apakah itu Bisa Membatalkan shalat?

Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa Alquran itu menarik, menurutnya bahwa Alquran begitu solutif. Semisal Alquran menganjurkan yakni latihlah berbahagia dengan kebaikan, pasti dengan itu orang-orang akan meninggalkan kemaksiatan.

"Orang-orang yang tahajud, menikmati sungkeman dengan Allah, jauh lebih bahagia ketimbang orang-orang yang bermaksiat," terangnya.

Ia menerangkan para ulama berpendapat bahwa bahagia itu wajib dan harus dilatih. Seperti yang dikatakan oleh ayat

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, 04 Juli 2020, Antam, Antam Retro, dan UBS

Pengajian lebih seru dan makin mendalam, Gus Baha menjelaskan bagaimana cara untuk berbahagia, yaitu dengan cara meyakini bahwa setiap orang akan mati.

Nabi juga pernah mengatakan bahwa setiap orang bisa mati kapan saja, bisa besok, lusa dan seterusnya. maka akan sangat bahagia jika menyongsongnya dengan keadaan taat.

Ketika seseorang sudah merasakan hal itu, maka ketika melihat maksiat akan merasa aneh. Saat itulah, awal dari keanehan yang dirasakan akan menjadikan seseorang menjadi takwa.

"Jadi tidak boleh orang bertakwa itu karena ketakutan, maka  firman Allah  والَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّه  orang-orang mukmin itu sangat mencintai Allah, " terangnya.

Baca Juga: Fenomena Aphelion Terjadi Sabtu Besok, LAPAN: 3 Pulau di Indonesia Akan Rasakan Suhu Lebih Dingin

Baca Juga: Ramalan Zodiak Bulan Juli 2020, Aries Akan Jadi Pribadi yang Lebih Kuat dan Produktif

Gus Baha memberikan contoh lain yakni dengan menceritakan kisah ulama-ulama zaman dahulu. Mereka berprinsip bahwa hanya untuk makan sehari rata-rata seseorang hanya butuh dua piring, dan itu bisa sudah bisa mengenyangkan.

Maka ketika dibutuhkan satu piring, untuk apa mencari lebih sehingga melakukan korupsi.

"Ini penting saya sampaikan karena perilaku orang-orang di zaman sekarang itu sudah berlebihan, sehingga menghadirkan contoh-contoh ulama zaman dahulu sangat perlu," tambahnya.** 

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x