Artinya, “Aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang mencegahku keluar menuju kalian, melainkan aku khawatir hal itu kalian anggap kewajiban.” Itu terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari No. 1129, Muslim No. 761)
Dari hadits tersebut ulama sepakat bahwa sholat tarawih di bulan Ramadhan hukumnya adalah sunnah, tarawih pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa dikerjakan 8 rakaat dan witir 3 rakaat
Hal tersebut berdasarkan riwayat sayyidah ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, beliau berkata:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة
Artinya, “Bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat sholat malam, baik pada bulan Ramadhan atau selainnya.” (HR. Bukhari No. 2013, 3569, Muslim No. 738)
Riwayat di atas diperkuat oleh Sayyidina Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata:
جاء أبي بن كعب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ، إن كان مني الليلة شيء يعني في رمضان ، قال : « وما ذاك يا أبي ؟ » ، قال : نسوة في داري ، قلن : إنا لا نقرأ القرآن فنصلي بصلاتك ، قال : فصليت بهن ثمان ركعات ، ثم أوترت ، قال : فكان شبه الرضا ولم يقل شيئا
Artinya, Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, semalam ada peristiwa pada diri saya (yaitu pada bulan Ramadhan).”
Rasulullah bertanya: “Kejadian apa itu Ubay?”, Ubay menjawab: “Ada beberapa wanita di rumahku, mereka berkata: “Kami tidak membaca Al Quran, maka kami akan sholat bersamamu.”
Lalu Ubay berkata: “Lalu aku sholat bersama mereka sebanyak delapan rakaat, lalu aku witir,” lalu Ubay berkata: “Nampaknya Nabi ridha dan dia tidak mengatakan apa-apa.”