Sejarah Sholat Sunnah Tarawih Pada Bulan Ramadhan dari Masa ke Masa

- 26 Maret 2023, 14:29 WIB
Sejarah Sholat Sunnah Tarawih Pada Bulan Ramadhan dari Masa ke Masa./*
Sejarah Sholat Sunnah Tarawih Pada Bulan Ramadhan dari Masa ke Masa./* /Pexels.com/@Konevi

MANTRA SUKABUMI - Sholat sunnah tarawih hanya ada di bulan Ramadhan, tidak ada di waktu lain, salat ini masuk dalam kategori salat qiyamul lail.

Sholat tarawih merupakan sholat sunnah mu'akadah, yaitu sholat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan, terutama di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Sejarah mencatat bahwa sholat sunnah tarawih mengalami perkembangan dari masa ke masa, dari zaman Rasulullah SAW hingga saat ini.

Baca Juga: Cara Raih Ampunan Allah SWT di Bulan Ramadhan, Berikut Penjelasannya

 

Dilansir mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, mengulas sejarah sholat tarawih dari zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita saat ini, ulasan ini berdasarkan sejarah yang akan diperjelas pada pembahasan selanjutnya.1. Tarawih di masa Rasulullah SAW

Diriwayatkan oleh sayyidah ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sholat di masjid, lalu orang-orang pun mengikutiNya, keesokannya sholat lagi dan orang-orang semakin banyak,

lalu pada malam ketiga atau keempat mereka berkumpul namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar bersama mereka, ketika pagi hari beliau bersabda:

قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ

Artinya, “Aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang mencegahku keluar menuju kalian, melainkan aku khawatir hal itu kalian anggap kewajiban.” Itu terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari No. 1129, Muslim No. 761)

Dari hadits tersebut ulama sepakat bahwa sholat tarawih di bulan Ramadhan hukumnya adalah sunnah, tarawih pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa dikerjakan 8 rakaat dan witir 3 rakaat

Hal tersebut berdasarkan riwayat sayyidah ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, beliau berkata:

مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة

Artinya, “Bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat sholat malam, baik pada bulan Ramadhan atau selainnya.” (HR. Bukhari No. 2013, 3569, Muslim No. 738)

Riwayat di atas diperkuat oleh Sayyidina Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata:

جاء أبي بن كعب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ، إن كان مني الليلة شيء يعني في رمضان ، قال : « وما ذاك يا أبي ؟ » ، قال : نسوة في داري ، قلن : إنا لا نقرأ القرآن فنصلي بصلاتك ، قال : فصليت بهن ثمان ركعات ، ثم أوترت ، قال : فكان شبه الرضا ولم يقل شيئا

Artinya, Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, semalam ada peristiwa pada diri saya (yaitu pada bulan Ramadhan).”

Rasulullah bertanya: “Kejadian apa itu Ubay?”, Ubay menjawab: “Ada beberapa wanita di rumahku, mereka berkata: “Kami tidak membaca Al Quran, maka kami akan sholat bersamamu.”

Lalu Ubay berkata: “Lalu aku sholat bersama mereka sebanyak delapan rakaat, lalu aku witir,” lalu Ubay berkata: “Nampaknya Nabi ridha dan dia tidak mengatakan apa-apa.”

(HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 1801. Ibnu Hibban No. 2550, Imam Al Haitsami mengatakan: sanadnya hasan. Lihat Majma’ az Zawaid, Juz. 2, Hal. 74)

2. Tarawih pada masa sahabat

Baca Juga: Materi Kultum Ramadhan 2023 Singkat dan Menarik hanya 7 Menit, Tema: Keutamaan Dzikir Mengingat Allah

Tarawih di masa sahabat Rasulullah SAW adalah 20 samapi 36 rakaat dan 3 rakaat witir. Pada masa sahabat, khususnya sejak masa khalifah Sayyidina Umar bin Al Khathab Radhilallahu ‘Anhu dan seterusnya, orang-orang saat itu melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat.

وصح أن الناس كانوا يصلون على عهد عمر وعثمان وعلي عشرين ركعة، وهو رأي جمهور الفقهاء من الحنفية والحنابلة وداود، قال الترمذي: وأكثر أهل العلم على ما روي عن عمر وعلي وغيرهما من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم عشرين ركعة، وهو قول الثوري وابن المبارك والشافعي، وقال: هكذا أدركت الناس بمكة يصلون عشرين ركعة

Artinya, Dan telah shahih, bahwa orang-orang sholat pada masa Sayyidina Umar, Utsman, dan Ali sebanyak 20 rakaat, dan itulah pendapat jumhur (mayoritas) ahli fiqih dari kalangan Hanafi, Hambali, dan Daud.

Berkata Imam Tirmidzi: Kebanyakan ulama berpendapat seperti yang diriwayatkan dari Sayyidina Umar dan Ali, dan selain keduanya dari kalangan sahabat nabi,

yakni sebanyak 20 rakaat. Itulah pendapat Ats Tsauri, Ibnul Mubarak. Berkata Imam Asy Syafi’i: Demikianlah, aku melihat manusia di Mekkah mereka shalat 20 rakaat.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/206

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah juga pun menyebutkan hal serupa:

وَعَنْ يَزِيد بْن رُومَانَ قَالَ ” كَانَ النَّاس يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَر بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ ” وَرَوَى مُحَمَّد بْن نَصْر مِنْ طَرِيق عَطَاء قَالَ ” أَدْرَكْتهمْ فِي رَمَضَان يُصَلُّونَ عِشْرِينَ رَكْعَة وَثَلَاثَ رَكَعَاتِ الْوِتْر

Artinya, Dari Yazid bin Ruman, dia berkata: Dahulu orang-orang pada zaman Sayyidina Umar melaksanakan 23 rakaat.”

Dan Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari Atha’, dia berkata: Aku berjumpa dengan mereka pada bulan Ramadhan, mereka shalat 20 rakaat dan tiga rakaat witir.” (Fathul Bari, 4/253)

Beliau melanjutkan:

وَرَوَى مُحَمَّد اِبْن نَصْر مِنْ طَرِيق دَاوُدَ بْن قَيْس قَالَ ” أَدْرَكْت النَّاس فِي إِمَارَة أَبَانَ بْن عُثْمَان وَعُمْر بْن عَبْد الْعَزِيز – يَعْنِي بِالْمَدِينَةِ – يَقُومُونَ بِسِتٍّ وَثَلَاثِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُونَ بِثَلَاثٍ ” وَقَالَ مَالِك هُوَ الْأَمْرُ الْقَدِيمُ عِنْدَنَا . وَعَنْ الزَّعْفَرَانِيِّ عَنْ الشَّافِعِيِّ ” رَأَيْت النَّاس يَقُومُونَ بِالْمَدِينَةِ بِتِسْعٍ وَثَلَاثِينَ وَبِمَكَّة بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ ، وَلَيْسَ فِي شَيْء مِنْ ذَلِكَ ضِيقٌ ”

Artinya, Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari jalur Daud bin Qais, dia berkata: Aku menjumpai orang-orang pada masa pemerintahan Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz

yakni di Madinah- mereka shalat 39 rakaat dan ditambah witir tiga rakaat. Imam Malik berkata, Menurut saya itu adalah perkara yang sudah lama.

Dari Az Za’farani, dari Asy Syafi’i: Aku melihat manusia shalat di Madinah 39 rakaat, dan 23 di Mekkah, dan ini adalah masalah yang lapang.

Belajar dari bahasan diatas, kita dapati kesimpulan dengan kutipan hadits Rasulullah SAW. berikut ini:

عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِيْ اخْتِلاَفاً شَدِيْدًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَاْلأُمُوْرَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه ابن ماجه)

Artinya, Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) meskipun ia seorang budak hitam. Dan kalian akan melihat perselisihan yang sangat banyak setelah aku (tiada nanti),

maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa’ rasyidin mahdiyyin (para sahabat Nabi SAW), gigitlah ia dengan gigi geraham (berpegang teguhlah padanya),

dan jauhilah perkara-perkara muhdatsat (hal-hal baru dalam agama), sesungguhnya setiap bid’ah itu kesesatan” (HR. Ibnu Majah. Hadis senada diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Demikian sejarah sholat tarawih pada bulan Ramadhan dari masa ke masa. Semoga bermanfaat.***

Editor: Indira Murti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x