Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’.
Artinya: “Diturunkan kepada kami hujan berkat anugerah Allah dan rahmatNya.”
Baca Juga: Apakah Saat Hujan Doa Dikabulkan? Berikut Penjelasan dari Sisi Agama Islam
Doa Nabi Sulaiman dan Semut yang Minta Hujan
Dalam kitab Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm, Imam Ibnu Katsir mengutip sebuah riwayat dari Imam Ibnu Abu Hatim. Berikut riwayatnya:
وقد قال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي، حدثنا محمد بن بشار، حدثنا يزيد بن هارون، أنبأنا مسعر، عن زيد العمي، عن أبي الصديق الناجي قال: خرج سليمان عليه السلام يستسقي، فإذا هو بنملة مستلقية على ظهرها، رافعة قوائمها إلى السماء، وهي تقول: اللهم إنا خلق من خلقك، ولا غنى بنا عن سقياك، وإلا تسقنا تهلكنا. فقال سليمان عليه السلام: ارجعوا فقد سقيتم بدعوة غيركم
Ibnu Abu Hatim berkata, ayahku bercerita kepadaku, Muhammad bin Basysyar bercerita, Yazid bin Harun bercerita, Mis’ar bercerita, dari Zaid al-‘Ama, dari Abu al-Shiddiq al-Naji, ia berkata: Nabi Sulaiman ‘alaihissalam keluar (dari istananya) untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut yang berbaring dengan punggungnya (terlentang), (dan) semua kakinya diangkat menghadap langit.
Semut itu berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami sangat memerlukan guyuran air (hujan)-Mu. Jika Kau tidak mengguyuri kami (dengan air hujan-Mu), Kau akan membuat kami binasa.” Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berkata: “Pulanglah, sudah ada (makhluk lain) selain kalian yang berdoa meminta hujan.”
Hujan Membawa Berkah
Hujan adalah berkah. Bagaimana tidak, Tanpa hujan, petani akan sulit dapat panen. Tanpa panen, maka pasokan pangan berkurang dan menyebabkan banyak masalah: kelaparan, penyakit, pendapatan dll.
Hal ini sebagaimana difirmankan dalam kitab suci, Alquran, yaitu ayat yang berbunyi:
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS Qaaf ayat 9).