Rapat Kerja dengan DPR RI, Menpora Zainudin Amali Paparkan 13 Masalah Olahraga Nasional

24 Maret 2021, 09:25 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali layangkan protes keras ke BWF. /foto:putra/kemenpora.go.id/

MANTRA SUKABUMI - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yakni Zainudin Amali menghadiri rapat kerja dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat  selaku mitra kerja di gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan Jakarta  pada 23 Maret 2021.

Rapat kerja ini membahas tiga hal antara lain;

Pertama membahas dampak Pemotongan Anggaran APBN Tahun Anggaran 2021.

Kedua membahas tentang pemaparan Menpora terkait Desain Besar Keolahragaan Nasional atau Grand Design Olahraga Nasional.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Selain Penyakit Jantung, Terlalu Sering Makan Bakso Ternyata Bisa Timbulkan 6 Penyakit Berbahaya ini

Dan Ketiga membahas terkait insiden yang menimpa tim bulu tangkis Indonesia di ajang All England Open 2021.

Khusus untuk Grand Design Olahraga Nasional, Menpora Zainudin Amali mengatakan bahwa hal ini disusun setelah adanya arahan dari Presiden Joko Widodo untuk mereview kembali pola pembinaan olahraga sehingga dapat meningkatkan prestasi olahraga nasional.

“Kemudian kami mendesain desain tentang olahraga nasional, Tentu bukan kami sendiri tetapi kami bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, melibatkan para Pakar, para Guru Besar, Akademisi dan Praktisi Olahraga," ucap Zainudin Amali sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari laman resmi kemenpora.go.id pada 24 Maret 2021.

"Kemudian Setelah itu dilakukan uji publik di beberapa kota dan beberapa perguruan tinggi,” ucap Menpora Zainudin Amali.

Baca Juga: Ungkap Alasan Hakim Kabulkan Permintaan Habib Rizieq, Hidayat Nur Wahid: Bukan karena Kalah Oleh Terdakwa

Zainudin Amali menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas dalam meraih prestasi.

Menpora mengutip pernyataan seorang pakar dan guru besar Anders Ericsson yang menyebutkan dibutuhkan waktu minimum 10 tahun atau 10000 jam latihan untuk mengantarkan atlet menuju podium internasional.

Oleh karena demikian, pembinaan atlet jangka panjang merupakan kunci untuk meraih prestasi di tingkat dunia dan itu merupakan sebuah investasi.

Ini adalah investasi investasi negara untuk pembangunan sumber daya manusia serta mengangkat harkat dan martabat bangsa di tingkat Internasional.

Hanya ada dua peristiwa dimana lagu Indonesia Raya dan bendera merah putih dikibarkan yakni ketika kunjungan presiden atau kepala negara ke luar negeri dan yang kedua ketika atlet kita mendapatkan prestasi medali emas.

"Jadi olahraga ini merupakan upaya kita untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa,” ucap Menpora menambahkan.

Menpora Zainudin Amali menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemetaan, ditemukan ada 13 hal permasalahan utama olahraga nasional.

Antara lain partisipasi dan kebugaran jasmani masyarakat berolahraga masih rendah pertama Prasarana dan sarana olahraga masih terbatas dan belum memenuhi standar.

Baca Juga: Kabar Duka Mendalam Kembali Selimuti Umat Islam, Ulama Sang Guru Besar Ilmu Tafsir Wafat

Kedua Sistem pembinaan olahraga prestasi belum dikembangkan dan dilakukan secara sistematis, terencana, berjenjang dan berkelanjutan,

Ketiga manajemen kompetisi belum berjenjang, rutin, berkelanjutan dan tidak sesuai dengan kelompok usia serta karakteristik cabang olahraga.

Keempat tenaga keolahragaan belum memenuhi secara kuantitas dan kualitas 18 (lisensi Federasi Internasional).

Kelima sport science belum dijadikan sebagai faktor utama untuk mendukung prestasi olahraga.

Keenam dukungan anggaran masih menjadi keluhan.

Ketujuh Manajemen organisasi keolahragaan belum sepenuhnya dijalankan secara profesional.

Kedelapan profesi sebagai olahragawan belum sepenuhnya menjadi pilihan dan tidak ada jaminan masa depan purna prestasi.

Selanjutnya ke sembilan adalah kurikulum Pendidikan Khusus Atlet belum ada.

Para atlet yang berada di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), SKO Cibubur itu mendapatkan pelajaran sama dengan pelajaran reguler yang oleh siswa- siswi yang non atlet.

Pasti mereka akan bimbang dia tidak akan terkonsentrasi. Misalnya hari ini ujian besok dia bertanding pasti dua-duanya, yang satu anjlok yang satu jeblok atau sebaliknya.

Baca Juga: Hilang Usai KLB Sibolangit, Moeldoko Kedapatan Tertindih Tak Begerak saat Tengah Bersama Anak

"Oleh karena itu harus ada kurikulum khusus untuk mereka sehingga mereka tidak ada kekhawatiran kalau dia konsentrasi menjadi atlet prestasi akademiknya akan terganggu,” ucap Menpora menjelaskan.

Kemudian masalah selanjutnya adalah Data base, Sistem Informasi dan analisis big data keolahragaan belum dilakukan.

Belum optimalnya peran BUMN dan Pemerintah Daerah  dalam mendukung atlet berprestasi serta masih kurangnya sinergitas dengan organisasi keolahragaan.

Menpora Amali memaparkan bahwa desain olahraga nasional tujuannya untuk mencapai target jangka menengah dan jangka panjang dari tahun 2021 hingga 2045.

Tahapan target ini dibuat disesuaikan dengan massa waktu pelaksanaan Olimpiade.

Misalnya, partisipasi masyarakat berolahraga Indonesia hanya 34%.

Sementara yang diharapkan untuk mencapai kebugaran dan untuk mendapatkan talenta-talenta yang baik itu harus di tingkat 70 persen, sementara di sisi lain tingkat keaktifan olahraga siswa hanya 5 persen.

Jadi masih sangat rendah contoh yang paling sederhana rata-rata langkah kaki orang Indonesia per hari itu hanya 3513 langkah.

Data hasil riset atau penelitian dan perguruan tinggi minimum langkah yang diharapkan untuk supaya orang menjadi bugar itu 7.000-10.000.

Sehingga dalam masa 2021-2024 diharapkan partisipasi olahraga masyarakat bisa meningkat sampai 40%.

Kemudian siswa aktif berolahraga dari 5 persen menjadi 10 persen dan Olimpiade Tokyo nanti diharapkan berada di peringkat 40 besar.

Dengan demikian, pada jangka panjang 2040-2044 nanti diharapkan partisipasi olahraga masyarakat menjadi 70 persen.

Siswa aktif berolahraga 30 persen dan peringkat 6 besar Olimpiade dan Para Olimpiade 2040.

Kemudian peringkat 5 besar OlImpiade 2044, peringkat 5 besar para olimpiade 2044.

Masih sangat jauh tapi kita harus optimis rencana induk kita atau master plan peningkatan prestasi olahraga sebagaimana yang telah kita canangkan tadi bahwa 2032 kita harus masuk di posisi 10 besar.

Dan itu tentu kita harus benar-benar memetakan mana cabang-cabang olahraga yang memungkinkan untuk bisa mencapai keinginan tersebut.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: Kemenpora.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler