Profil Haris Azhar Pengacara Rocky Gerung dalam Perkara Sengketa Tanah dengan PT Sentul City Tbk

13 September 2021, 20:17 WIB
Profil Haris Azhar Pengacara Rocky Gerung dalam Perkara Sengketa Tanah dengan PT Sentul City Tbk /Kolase foto @rockygerung.official @harisazhar

MANTRA SUKABUMI - Haris Azhar aktivis HAM yang kini menjadi pengacara aktivis Rocky Gerung.

Haris Azhar menjadi pengacara Rocky Gerung dalam perkara sengketa tanah dengan PT. Sentul City.

Haris Azhar saat ini sedang  mengurus perkara status tanah yang dimiliki Rocky Gerung di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Berikut profil Haris Azhar, pengacara Rocky Gerung dan juga sekaligus sebagai aktivis HAM, Dikutip mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

Haris Azhar, S.H., M.A. adalah seorang advokat dan aktivis HAM.

Ia pernah menjadi Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) pada 2010-2016.

Haris Azhar merupakan pendiri Lokataru yang berkedudukan di Jakarta.

Haris Azhar Lahir 10 Juli 1975  di Jakarta.

Almamater

- Universitas Trisakti

- Universitas Essex

Pekerjaan sebagai Pengacara dan Aktivis HAM.

Sementara akun instagramnya adalah @azharharis.

Haris Azhar merupakan lulusan sarjana hukum Universitas Trisakti. Ketertarikannya ke dunia hukum mengantarkan Haris menjadi aktivis Hak Asasi Manusia (HAM).

Baca Juga: Profil dan Biodata Mohammed Rashid, Pemain Asal Palestina yang Jadi Andalan Persib Bandung

Sejak tahun 1999, ia bergabung dengan KontraS di mana ia banyak terjun langsung mendampingi korban kasus pelanggaran HAM.

Selain aktif di bidang advokasi. Haris juga mengajar di Universitas Trisakti dan di Jentera Law School.

Haris Azhar lahir di Jakarta pada tanggal 10 Juli 1975. Ia merupakan keturunan campuran antara India, Banjar, dan Makassar.

Ayahnya bernama Shabir Achmad (berprofesi sebagai pedagang) dan ibunya bernama Zubaedah (ibu rumah tangga). Haris adalah anak bungsu dari empat saudara, dua perempuan dan dua laki-laki.

Pada waktu Haris kuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, ia aktif berorganisasi dan mengikuti kegiatan kampus. Ia aktif di senat dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) seni budaya.

Pada masa reformasi 1997-1998, ia proaktif mengadakan kegiatan terkait isu-isu HAM serta ikut dalam demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto.

Haris meraih gelar sarjana hukum pada tahun 1999. Kemudian, ia menempuh pendidikan magister di University of Essex, Inggris dan lulus pada 2010.

Sebelumnya, Haris juga menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia selama tahun 2000–2003 tetapi tidak selesai.

Baca Juga: Profil dan Biodata Britney Spears, Penyanyi Asal Amerika yang Resmi Bertunangan dengan Sam Asghari

Pada 1999, Haris bergabung dengan KontraS, sebuah LSM HAM berskala nasional yang berbasis di Jakarta.

Ia mengawali kariernya di sini di berbagai posisi, mulai sukarelawan Divisi Advokasi, anggota Staf Monitoring & Biro Riset, Kepala Dokumentasi Penelitian Biro Kepala Riset, Investigasi dan Biro Database, Wakil Koordinator KontraS, dan puncaknya ia menjadi Koordinator KontraS pada 2015.

Sepanjang perjalanan kariernya di KontraS, Haris menangani berbagai isu yang berhubungan dengan HAM di Indonesia.

Sebagai koordinator KontraS, Haris telah membawa KontraS berkontribusi dan membangun komunitas HAM di Indonesia. Ia membuat para petinggi Polri dan TNI marah pada 2016.

Kala itu, Haris berani menyebutkan ada keterlibatan aparat kepolisian dan TNI pada peredaran narkoba yang dilakukan oleh terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman.

Akibat pernyataan tersebut, Haris dilaporkan ke polisi atas pencemaran nama baik pada Selasa, 2 Agustus 2016.

Haris tidak hanya aktif di KontraS. Pada 2012-2015, Haris terpilih menjadi anggota Komite Eksekutif Forum-ASIA (organisasi HAM Seluruh Asia). Kemudian pada tahun 2014-2017, ia diangkat menjadi Wakil Ketua INFID-Indonesia periode 2014-2017.

Jabatan Haris di KontraS berakhir pada tahun 2016, Saat itu, ia sempat bingung karena muncul sejumlah peluang dan tawaran.

Mulai tetap di bidang HAM, kuliah S3 di bidang HAM, jadi lawyer, ikut seleksi komisioner Komnas HAM, hingga tawaran masuk dunia politik.

Baca Juga: Profil Ashraf Ghani Ahmadzai, Presiden Afganistan yang Bantah Kabur dan Bawa Uang Rakyatnya

Namun begitu, ia memutuskan mendirikan Lokataru di Jakarta bersama rekan-rekannya, yakni Eryanto Nugroho, Sri Suparyati, Nurkholis Hidayat, Atnike Sigiro, Iwan Nurdin, dan Mufti Makarim. Lokataru merupakan LSM yang juga bergerak di bidang HAM.

Di Lokataru, Haris menjabat sebagai Direktur Eksekutif. Lokataru aktif merespons berbagai peristiwa berkaitan dengan hukum dan HAM hingga saat sekarang.

Contohnya pada waktu Pemilu 2019, Lokataru mengeluarkan pernyataan mengenai sikap golput, membuka posko bagi petugas KPPS.

Serta turut aktif memantau kerusuhan 21-22 Mei usai Pemilu 2019. Tak hanya menjadi LSM, Lokataru juga memiliki divisi lawfirm atau kantor pengacara.

Sebagai kantor hukum profesional, Haris menerima urusan perkara publik, mulai dari perkara pidana, perdata, tata usaha negara, hingga kasus perceraian.

Walau masih seumur jagung, Lokataru telah melayani banyak klien dari berbagai latar belakang.

Ada pengusaha, ada pula pejabat. Pengamat politik, Rocky Gerung menjadi salah satu klien yang dibela Lokataru.***

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler