Trending di Twitter Gegara Pentas di Pesantren Milik Gus Miftah, Begini Sejarah Singkat Wayang

22 Februari 2022, 06:27 WIB
Salah satu adegan dalam seni budaya wayang kulit. /YouTube Ari Poncowolo

MANTRA SUKABUMI - Wayang menjadi trending di Twitter setelah pementasannya di pesantren milik Gus Miftah.

Pagelaran wayang kulit yang diadakan kelompok Pengajian Gus Miftah itu digelar di Pondok Pesantren Ora Aji yang dipimpinnya di Kalasan, Yogyakarta pada Jumat 18 Februari 2022 lalu.

Pagelaran wayang tersebut dilaksanakan dalam lakon Begawan Lomana Warseno yang dibawakan oleh Dalang Ki Warseno.

Baca Juga: Siap Bantu dan Majukan para Pelaku UMKM, CEO PRMN Kunjungi Bupati Banyuwangi

Yang menarik dari pagelaran tersebut adalah munculnya tokoh wayang yang diduga menyerupai wajah Khalid Basalamah.

Wayang tersebut juga mengenakan baju jubah panjang persis seperti pakaian Ustaz Khalid.

Sebelumnya Ustaz Khalid Basalamah dalam salah satu isi ceramahnya meminta agar wayang dimusnahkan karena dianggap haram dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Ucapan Ustaz Khalid Basalamah tersebut menimbulkan pro kontra, Salah satu yang memberi kritik paling keras adalah Gus Miftah.

Berikut sejarah wayang, dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka bayangan tersohor dari Indonesia, sebuah Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur.

Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang.

Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu.

Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.

Para Wali Songo di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di Jawa Tengah dan wayang golek di Jawa Barat.

Raden Patah dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isinya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan.

Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya.

Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang aslinya. Seperti dua kalimah syahadat.

Baca Juga: Siap Cetak Ribuan Content Creator, KNPI Jabar dan PRMN Jalin Kerja Sama Pelatihan Literasi Digital

Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam.

Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia.

Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja.

Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.

Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.***

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler