Mengejutkan, Panglima TNI Bongkar Cara Jatuhkan Pemerintah dan Hancurkan Keutuhan Negara

- 23 November 2020, 08:05 WIB
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP /Istimewa/twitter @Puspen_TNI

MANTRA SUKABUMI – Panglima TNI Marsekal Hadi Tjanjanto angkat bicara terkait kelompok yang ingin menjatuhkan pemerintan dan menghancurkan keutuhan negara.

Menurut Panglima, kelompok yang ingin menjatuhkan pemerintah tersebut kini menggunakan sarana media sosial untuk menyebarkan propaganda dan mendiskreditkan pemerintah.

Melalui media sosial tersebut lanjut Hadi, kelompok tersebut menyebarkan narasi yang provokatif sehingga menimbulkan kebencian di kalangan masyarakat tertentu.

Baca Juga: Ferdinand Bandingkan Anies dan Jokowi: yang Baca Komik Ternyata Lebih Berkarya

Baca Juga: Mengejutkan, Selain Lurah Petamburan, Kapolsek dan Wakapolsek Metro Tanah Abang Positif Covid-19

Menurut jenderal bintang empat ini, dampak pengguna media sosial dan segala aktivitas dunia maya dapat secara instan mempengaruhi keutuhan sebuah negara.

“Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, media perang urat syaraf,” jelas Hadi Tjahjanto dalam sebuah webinar sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari PMJ News pada Senin, 23 November 2020.

Hadi menjelaskan, saat ini media sosial dilakukan untuk perang informasi dan perang psikologi.

“Dengan pengunaan dan jangkauan yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi atau pun perang psikologi. Sekarang kita mengenal hastag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda,” sambungnya.

Baca Juga: Gawat, Kapolda Metro Jaya Langsung Datangi Petamburan, Ini yang Dilakukan Fadil Imran

Baca Juga: Ferdinand Samakan Habib Rizieq Shihab dengan Orba dan ISIS yang Lawan Rakyat dan TNI, Ada Apa?

Hadi menambahkan belakangan ini propaganda lewat sosial media masif terjadi di Tanah Air yang keseluruhannya sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satunya, lanjut dia, penyebaran berita bohong atau hoaks yang mendiskreditkan pemerintah, dengan sasaran utama masyarakat awam dan generasi muda agar terbakar emosinya.

Kemudian, provokasi dengan mengeksploitasi isu SARA seperti penistaan tokoh masyarakat, tokoh agama, perlakuan etnis tertentu, atau pun kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.

“Juga menyebarkan isu-isu sosial dan isu separatisme berbahasa Inggris untuk mencari simpati dan dukungan politik dari dunia internasional, seperti yang dilakukan Benny Wenda dan Veronica Koman,” jelasnya.

Baca Juga: Mantan Pangdam Jaya: Jakarta Belum Genting, Pasukan Khusus Itu Barang Amat Mahal

Baca Juga: Sebut Kasus Penyebaran Dapat Dikendalikan, Anies Baswedan Resmi Perpanjang PSBB Transisi

Hadi menjelaskan, jika kelompok separatis juga memanfaatkan sosial media untuk mempengaruhi opini dunia lewat propaganda. Mereka juga memanfaatkan panggung diplomasi internasional sebagai mandala alternatif demi mendapat dukungan.

Hasilnya, stabilitas nasional akan terganggu dan akhirnya upaya pembangunan tidak akan berjalan lancar. Pemerintah dan rakyat hanya akan disibukkan dengan konflik-konflik sosial yang ada dan kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi tidak kondusif.

“TNI bersama kementerian/lembaga terkait, dan masyarakat khususnya generasi muda, harus bahu membahu memberdayakan potensi dunia maya dan potensi digital yang dimiliki untuk membendung dan menghadapi ancaman separatisme di dunia maya,” pungkasnya.**

Editor: Andriana

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah