Cak Nun : Jangan Ludahi Wajah Manusia, Siapakah yang Dimaksud?

- 14 Desember 2020, 13:55 WIB
Cak Nun : Jangan Ludahi Wajah Manusia, Siapakah yang Dimaksud?
Cak Nun : Jangan Ludahi Wajah Manusia, Siapakah yang Dimaksud? /PR Tasikmalaya/


MANTRA SUKABUMI - Di tengah keadaan bangsa Indonesia yang tengah dilanda pandemi virus Corona (Covid-19) yang belum hilang sampai saat ini.

Serta munculnya sejumlah masalah mulai dari sosial, penegakan hukum serta ekonomi, membuat Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun , turut memberikan responsnya.

Cak Nun mengungkapkan, dirinya sempat mengirimkan pesan WhatsApp (WA) kepada seseorang yang berkuasa di Jakarta, sebagaimana dikutip mamtrasukabumi.com dari caknun.com pada Senin 14 Desember 2020.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun, Shopee Hadirkan Stray Kids dan GOT7 dalam TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale

Baca Juga: Jika Ingin Miliki Rumah Sejuk, Nyaman, dan Didekati Malaikat, Coba Lakukan Hal Ini

Isi pesan Wa dari caknun pada seseorang yang berisi “Njaluk tulung kondho arek2 ojo nemen2 lho. Yokyokopo wong iku yo syahadat yo shalat yo niate apik masio carane gak bijaksana. Umpomo wong sing kok tahan iku Setan, elingo nek Polisi dudu Malaikat lho.

dikalimat selanjutnya Caknun Berkata. Pemerintah berkuasa atas Indonesia, tapi tidak berkuasa atas kehidupan, nasib, min haistu la yahtasib keluarga kita, anak istri kita. Innallaha ‘ala kulli syai`in Qadir. Masio iso nangkep maling ndik kampung, diukum ae, ojo sampak diidoni. Di atas kebenaran ada kebaikan. Puncak pencapaian kebenaran dan kebaikan adalah martabat. Puncak martabat adalah kemuliaan. Wong iso salah, tapi menungsone tetep duweke Allah”.

Alhamdulillah dijawab: “Leres Cak. Saya forward nang arek-arek”.

Dalam hidup ini pasti yang kita bela adalah martabat manusia dan muru`ah kemanusiaan. Kita berpihak kepada Tuhan dengan menyayangi semua makhluk-Nya, terutama ummat manusia. Berjuang mencapai kebersamaan, persatuan dan kesatuan, karena Allah sendiri mengkonsep ummat manusia adalah “ummatan wahidah”.

Jasad manusia adalah petilan amat kecil dari wujud Allah itu sendiri. Sekecil apapun manusia, ia adalah maujud Tuhan. Bahkan ketika ada manusia lapar, Tuhan berempati dengan meletakkan diri-Nya pada orang lapar itu. “Wahai hamba-Ku, Aku lapar engkau tak memberi-Ku makan. Aku haus, engkau tak memberi-Ku minuman. Aku kesepian, engkau tak menyapa-Ku”.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah