Mirip Silk Road China, Indonesia Gali Jejak Kejayaan Melayu sebagai Poros Maritim Dunia

- 22 Februari 2021, 07:58 WIB
Bupati Lumajang bersama pihak Kemenko Marves melakukan survey di kawasan Ranupane
Bupati Lumajang bersama pihak Kemenko Marves melakukan survey di kawasan Ranupane /KABAR LUMAJANG/Rifqi Danwanus

MANTRA SUKABUMI - Tidak hanya membangun infrastruktur konektivitas, untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia, pemerintah juga terus menggali budaya yang menjadi pilar budaya bahari.

Hal seperti ini yang dikembangkan China melalui Kebijakan The New Silk Road di bawah pemerintahan Persiden Xi Jinping dimana China melakukan berbagai kerjasama dengan negara-negara di sepanjang jalur untuk membangun berbagai infrastruktur guna menunjang hubungan perdagangan dengan negara di Eropa, Asia, dan Afrika.

Oleh karena itu, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (SAM Kemenko Marves) Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo mengunjungi beberapa situs budaya maritim serta berdialog dengan budayawan Melayu di Pekanbaru dan Siak pada tanggal 19-20 Februari 2021.

Baca Juga: Temui Teten Masduki, Shopee Sampaikan Dominasi Pedagang Lokal dan UMKM sampai dengan 97 Persen

Baca Juga: Kondisi Ashanty Semakin Memburuk, Vindyka: Kita Berdoa agar Bunda dan Keluarga Cepat Sembuh

Dengan didampingi oleh Kepala Biro Komunikasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Andrias D. Patria, SAM Rameyo sempat bertemu dengan Nizami Jamil dari lembaga budaya Melayu.

“Budaya melayu adalah pilar budaya bahari. Dalam rangka pengembangan budaya bahari dan literasi maritim, kita ingin mulai dari sini, bagaimana kondisi dan pemajuan budaya melayu itu sendiri, ujar Rameyo di Pekanbaru pada Hari Minggu, 21 Februari 2021.

“Karena sebetulnya ini (budaya melayu) adalah aset pembangunan yang bisa menjadi inovasi kreatif, mulai dari fashion, kuliner kemudian juga seni pertunjukan, film, web-series maupun inovasi digital lainnya yang sekarang ini banyak sekali profit yang bisa kita dapatkan dari situ,” sambungnya, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari laman Kemenko Marves pada 22 Februari 2021.

Baca Juga: Tanggapi Pertanyaan Kenapa PSI Selalu Kritik Anies Baswedan, Tsamara Amany: Saya Paling Geli

Secara umum dia menyebutkan tujuan kunjungannya ke Pekanbaru dan Siak Indrapura ada beberapa hal. Pertama, dia ingin melihat jejak-jejak kebudayaan terutama berupa kearifan dan pengetahuan tradisi seperti manuskrip-manuskrip atau produk-produk kebudayaan yang bisa diangkat.

“Lalu, kita juga ingin menggali lebih dalam salah satu pilar budaya Bahari yaitu budaya Melayu ini seperti apa sekarang statusnya langsung dari jantung budaya melayu sendiri, Negeri Lancang Kuning,” lanjut SAM Rameyo.

Sebagai kementerian koordinator yang mengomandani implementasi berbagai upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, menurutnya, sudah menjadi kewajiban Kemenko Marves untuk terus menggali budaya-budaya yang menjadi akar dari budaya bahari.

Baca Juga: Bicara Soal Banjir Jakarta, Ruhut Sitompul: Lanjutkan Saja yang Sudah Dilakukan Jokowi dan Ahok

“Pemahaman kita tentang laut terutama anak bangsa makin lama makin sedikit makin rendah, minat untuk memahami laut Makin lama makin hilang. Disitulah kemudian kita coba membuat sebuah pengembangan budaya bahari dan literasi maritim menjadi sebuah gerakan,” jelasnya.

Namun demikian, SAM Rameyo menyadari upaya itu tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja.

“Akan tetapi, kita harus punya mitra kita harus bersama-sama, istilahnya adalah kerja budaya masyarakat untuk perguruan tinggi kemudian Pemda (Pemerintahan daerah), swasta kalau perlu juga sama-sama ikut untuk menjadikannya sebuah gerakan,” tukasnya.

Kesadaran tersebutlah yang kemudian mendasari SAM Rameyo untuk bermitra dengan universitas khususnya yang memiliki bidang studi budaya maritim. Salah satu universitas tersebut adalah Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di Tanjung Pinang.

Baca Juga: Tanggapi Banjir di Jakarta, Dewi Tanjung : Jangan Salahkan Gubernur, Tapi Salah Air yang Kumpul Tanpa Prokes

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 22 Februari 2021: Nino Muak pada Elsa, Andin Syok Dengar Pengakuan Al

“Bila kita tidak hati-hati maka kita mungkin malah tidak tahu bawa salah satu budaya yang kemudian diklaim oleh bangsa lain, dulunya adalah bagian dari kita,” ujarnya tentang alasan bermitra dengan kalangan akademisi.

Lebih jauh, selain untuk membangun kesadaran masyarakat tentang akar budaya maritim bagi bangsa Indonesia, SAM Rameyo juga berharap agar budaya juga dijadikan basis pembangunan ekonomi.

“Sekarang sudah ada namanya culture based economic, bahwa ternyata didunia terutama China menganggap budaya ini menjadi basis pertumbuhan ekonominya,” contohnya.

Sementara itu, tambah SAM Rameyo, Indonesia yang dikatakan laboratoriumnya budaya karena memiliki 1300-an etnik dengan berbagai keragaman budayanya malah belum menggunakan budaya sebagai basis pembangunan ekonomi.

Baca Juga: Lama Tak Terdengar, Ternyata Chocky Sitohang Tengah Bahagia dengan Hal ini

Padahal budaya menjadi penopang sektor industri dan digital yang menjadi ujug tombak transformasi ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Selama dua hari berada di Pekanbaru dan Siak, selain berdialog dengan budayawan Melayu, SAM Rameyo dan rombongan juga berkunjung ke Istana Siak dan makam pahlawan nasional Sultan Syarif Kasim.

Hasil-hasil diskusi dan dialog tersebut akan dipetakan sebagai bahan produk-produk komunikasi yang diminati oleh anak muda serta strategi untuk mengimplementasikan program prioritas Pengembangan Budya Bahari dan Literasi Maritim yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: Maritim.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah