MANTRA SUKABUMI - Pengamat politik dari Indo barometer membuat sebuah terobosan di tengah penolakan jabatan presiden tiga periode, dirinya mengusulkan Jokowi kembali manggung sebagai calon presiden.
Tidak tanggung-tanggung Qodari "mengawinkan" Joko Widodo dengan Prabowo Subianto sebagai wakil presidennya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa dirinya tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh pengamat politik Muhamad Qodari yang menyandingkan Joko Widodo dengan Prabowo sebagai calon presiden dan wakil presiden di 2024. Dia menyebut inilah yang dikatakan Presiden Joko Widodo orang seperti Qodari ini disebut sedang cari muka.
Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT
Baca Juga: Mahasiswa Duduki Kantor DPP Demokrat, Andi Arief: Hanya Salah Paham Saja Sudah Bisa Diselesaikan
“Apa pengamat politik seperti ini yg disebut oleh pak Jokowi sbg (1) mencari muka, (2) menampak muka, atau (3) mau menjerumuskan pak Jokowi???,” cuit Jimly dikutip mantrasukabumi.com, dari akun twitternya, Selasa, 16 Maret 2021.
Padahal, Menkopolhukam Mahfud MD telah menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak setuju terhadap rencana amandemen kembali Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Mahfud mengungkapkan, Jokowi sempat menyatakan pihak yang hendak mendorongnya menjadi presiden kembali kemungkinan salah satunya sedang mencari muka.
“Presiden Jokowi tak setuju adanya amandemen lagi,” ungkap Mahfud melalui akun Twitter pribadinya, @mohmahfudmd, Senin, 15 Maret 2021.
Salah satu alasan penting, mengapa kita dulu membubarkan Orde Baru dan melakukan Reformasi 1998 adl krn jbtn Presiden tdk dibatasi jmlh periodenya. MPR kemudian membuat amandemen atas UUD 1945, membatasi 2 periode sj. Kalau mau mengubah lg itu urusan MPR; bukan wewenang Presiden.— Mahfud MD (@mohmahfudmd) March 15, 2021
Menurut Mahfud, Jokowi menyatakan ada tiga kemungkinan jika ada pihak yang melakukan hal tersebut kepada dirinya.
“Satu, ingin menjerumuskan. Dua, ingin menampar muka. Tiga, ingin mencari muka. Kita konsisten saja, batasi jabatan presiden dua priode,” tutur Mahfud.
Seperti diberitakan sebelumnya, pengamat politik Muhammad Qodari mendorong Jokowi maju kembali di Pilpres 2024 dengan menggandeng Prabowo. Hal itu untuk menghindari terjadinya polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat.
Dukungan partai politik di parlemen hanya PDIP dan Gerindra yang merupakan partai besar saat ini, mampu menghimpun 20 persen suara. Sementara yang jadi oposisi hanya PKS dan Partai Demokrat tidak sampai 20 persen.
Qodari menyatakan dengan majunya pasangan Jokowi-Prabowo, maka akan ada kotak kosong. Dengan kotak kosong maka tensi polarisasi akan kecil.***