Kondisi tersebut ia ketahui dari data-data yang ada, salah satunya adalah dari media sosial para PNS tersebut.
"Kami banyak kehilangan orang-orang pintar yang seharusnya dia bisa duduk di eselon I, yang dia seharusnya bisa duduk di eselon II, yang seharusnya dia bisa jadi Kepala Badan atau lembaga, tapi dalam TPA (Tes Potensi Akademik), dia terpapar masalah radikalisme dan terorisme, kami juga ada datanya dari medsosnya yang kami pegang," pungkasnya.***