Angka Pemakaman Tinggi, Anies Curiga Banyak Kasus Kematian Virus Corona yang Tak Tercatat

- 5 April 2020, 06:55 WIB
Gubernur DKI Anies Baswedan.
Gubernur DKI Anies Baswedan. /- Foto: ANTARA

MANTRA SUKABUMIAngka kematian akibat virus corona COVID-19 yang sampai hari ini menyentuh 200 korban, menimbulkan kekhawatiran mendalam masyarakat akan terpapar penyakit tersebut.

Bahkan Publik semakin khawatir dengan jumlah pasien terinfeksi virus corona yang terus meningkat.

Sekalipun pemerintah telah melakukan kebijakan tegas pembatasan kerumunan, tetap saja tidak bisa menghilangkan kekhawatiran.

Apalagi di beberapa daerah, terjadi penolakan warga atas pemakaman pasien meninggal dunia. Peristiwa tersebut memunculkan kekhawatiran lainnya. 

Tak sedikit yang menduga terdapat kasus COVID-19 tanpa catatan. Kekhawatiran itu diungkapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini, Waspada Hujan Ringan Siang Hari di Palabuhanratu

Pasalnya, ia melihat peningkatan penguburan jenazah di wilayahnya secara drastis.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Pikiranrakyat-Depok.com, selama bulan Maret 2020, pihaknya mencatat 4.400 prosesi pemakaman.

Angka tersebut meningkat 40 persen lebih tinggi dari rata-rata prosesi tersebut selama setahun terakhir.

Menurut data yang diterbitkan Departemen Taman dan Pemakaman Kota Provinsi DKI Jakarta, angka tertinggi sebelumnya pernah terjadi pada Maret 2019.

Namun, jumlahnya hanya mencapai 3/100 prosesi pemakaman dalam sebulan.

Data tersebut memunculkan kecurigaan Anies terhadap angka resmi yang diumumkan Kementerian Kesehatan setiap harinya.

Baca Juga: Curug Cikurutug Sukabumi, Solusi Tempat Wisata Pasca Sosial Distancing & WFH Gegara Corona

Per Jumat 3 April 2020, dirilis bahwa Jakarta memiliki 971 kasus pasien positif corona dengan 90 di antaranya telah meninggal dunia.

Angka tersebut meliputi setengah dari total kasus yang tercatat di seluruh Indonesia.

"Ini (tingginya angka pemakaman) sangat mengganggu.

"Saya berjuang menemukan penyebab lain (dari banyaknya jumlah kematian) selain karena COVID-19 yang tidak dilaporkan," tutur Anies Baswedan.

Ia merasa aneh dengan perbedaan data ini, apalagi pemerintah pusat terutama Kementerian Kesehatan malah bungkam saat dimintai komentar.

Baca Juga: Mengapa Rasio Kesembuhan Pasien Covid-19 Tinggi di Jawa Timur, Simak Faktanya

Juru Bicara Presiden untuk Penanganan COVID-19 sendiri menyatakan bahwa mereka hanya mencatat orang-orang yang telah diperiksa menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction).

Tak hanya Anies, sejumlah pakar kesehatan masyarakat Indonesia juga ikut curiga terhadap perbedaan data kasus terinfeksi dan kematian di Jakarta ini.

Baca Juga: Sabun atau Hand Sanitizer, yang Baik dipakai untuk Pencegahan COVID-19?

Indonesia telah menjadi negara dengan tingkat kematian akibat COVID-19 paling tinggi di Asia Tenggara.

Anehnya, negara berpenduduk 260 juta jiwa ini dianggap memiliki tingkat pengujian yang rendah. Per Jumat 3 April 2020, baru 7.621 orang yang diperiksa oleh tenaga kesehatan.*** (Fitri Nursaniyah/Pikiran Rakyat Depok)

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x