Disinfomedic Menjadi Tantangan Berat Bagi Jurnalisme Online Indonesia

- 17 Mei 2020, 01:30 WIB
ILUSTRASI Jurnalis
ILUSTRASI Jurnalis /PIXABAY/.*/PIXABAY

“Karena hoaks membahayakan kehidupan, membuat kekacauan dan disharmoni kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menangani 1.200 hoaks yang tersebar di berbagai platform digital seperti FacebookTwitter, Instagram, dan YouTube.

Data tersebut berdasarkan catatan Tim AIS Direktorat Pengendalian Ditjen Aptika.

“Kominfo telah menangani, mendeteksi dan mengidentifikasi sebaran isu hoaks. Bahkan per hari ini sudah lebih banyak lagi. Data per hari ini menunjukkan 1.471 sebaran isu hoaks ditemukan di empat platform. Sebanyak 1.116 konten masih perlu ditandaklanjuti dan 455 sedang dalam proses,” tutur Johnny.

Baca Juga: Tiongkok Izinkan Lab Wuhan Diperiksa Terkait Dugaan Kebocoran, Syaratnya Libatkan WHO

Artikel ini telah terbit di laman Pikiranrakyat-bekasi.com dengan judul "UNESCO Peringatkan Disinfomedic Jadi Tantangan Jurnalisme Online di Indonesia."

Sementara secara global, Menteri Kominfo mengutip laporan dari UNESCO yang menyebutkan bahwa sudah ada 112 juta konten hoaks terkait COVID-19 di media sosial.

“40 persen berasal dari sumber yang tidak reliabel. Dan terdapat hampir 42 persen dari 178 juta Tweet yang berkaitan dengan pandemi Covid-19 di dunia diproduksi oleh bot yang tak bisa diandalkan," ucapnya.

Lebih lanjut pihaknya mengungkapkan, saat ini jurnalisme online telah menjadi peluang untuk membuka praktik media online yang bermasalah dalam memberi informasi terkait situasi pandemi COVID-19.

Model bisnis demikian, digunakan untuk menangkap dan mempertahankan perhatian pengguna atau user.

Halaman:

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah