Din Syamsudin: Isu PKI tidak Bangkit Lagi Sengaja Digaungkan untuk Ninabobokkan Tokoh dan Masyarakat

- 8 Juni 2020, 13:07 WIB
KETUA Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin memberi anjuran kepada umat Islam untuk mengganti Shalat Jumat dengan Shalat Dzuhur di rumah, Jakarta, Jumat 20 Maret 2020.*
KETUA Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin memberi anjuran kepada umat Islam untuk mengganti Shalat Jumat dengan Shalat Dzuhur di rumah, Jakarta, Jumat 20 Maret 2020.* /ANTARA/

MANTRA SUKABUMI - Din Syamsuddin selaku Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia memberikan penilaian terhadap isu Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap tidak bangkit kembali merupakan narasi yang didengungkan oleh para pendukung komunis. 

Din menilai ungkapan PKI tidak bangkit memang sengaja digaungkan dalam upaya  meninabobokkan para tokoh dan masyarakat supaya tidak membahas lagi soal ancaman PKI.

Seperti dikutip dari hajinews.id Din Syamsuddin mengungkapkan “Saya tahu terakhir ini banyak narasi, termasuk para cendikiawan, tak terkecuali cendikiawan muslim yang memberikan argumen ‘tidak mungkin komunisme akan bangkit, tidak mungkin PKI akan bangkit. PKI, komunisme sudah mati".

Baca Juga: Donald Trump Hadapi Pemakzulan, Pakar Sebut Aksi Protes Rasisme jadi Biangnya

Pada diskusi daring ‘Komunisme dan Arogansi Oligarki Dibalik RUU Haluan Ideologi Pancasila’, Sabtu (6/6/2020), Din menyatakan bahwa ia mengetahui argumen semacam itu diembuskan oleh pendukung komunisme dan PKI dalam rangka meninabobokkan masyarakat agar lengah.

Din menekankan, komunisme sebagai isme atau ideologi tidak mudah untuk dibunuh, bahkan akan terus tumbuh.

Ideologi komunis akan tumbuh dari generasi ke genarasi. Terlebih lagi jika ideologi itu dalam perjalanan sejarah pernah mengalami antraksi yang fatal.

Baca Juga: Tersiar Kabar Maruf Amin Sebut Ikhlaskan Dana Haji Dipakai Pemerintah Agar Masuk Surga, Ini Faktanya

“Apalagi dalam perjalanan sejarah ideologi tersebut mengalami kefatalan, antraksi yang fatal, terutama ketika mereka memberontak, ketika mereka melakukan kudeta umpamanya, dan kemudian terkalahkan, dibasmikan, terberantaskan, maka secara psikologis sangat mungkin pada diri generasi penerus menyimpan dendam dan kemudian melakukan upaya-upaya untuk balas dendam,” terang Din.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x