Fahri Hamzah: Intervensi KAMI, Moeldoko Bawa Agenda Pribadi

- 3 Oktober 2020, 13:00 WIB
Fahri Hamzah: Intervensi KAMI, Moeldoko Bawa Agenda Pribadi
Fahri Hamzah: Intervensi KAMI, Moeldoko Bawa Agenda Pribadi //Instagram.com/@fahrihamzah/.*/Instagram.com/@fahrihamzah

MANTRA SUKABUMI - Tudingan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko terhadap KAMI yang dikomandoi Gatot Nurmantyo terkait mengganggu stabilitas politik.

Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menduga, Moeldoko membawa agenda pribadi.

"Padahal presiden berkali-kali mengatakan bahwa sikap kritis tak menghalangi untuk bersahabat atau jangan-jangan banyak anggota kabinet yang punya agenda pribadi?" kata Fahri, seperti dikutip Mantrasukabumi.com dari RRI Sabtu, 3 Oktober 2020.

Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat

Baca Juga: Siap-Siap Timnas U-19 Garuda Muda Indonesia Segera Tanding Lagi, Lawannya Tim Tangguh Eropa

Fahri juga menambahkan, padahal Presiden Jokowi Dodo mengatakan kritik adalah perbedaan dan tidak menghalangi berteman. Waktu Presiden memberikan Bintang Mahaputra ke dirinya dan Fadli Zon.

"Gampang banget orang dituduh mengganggu stabilitas politik. Sikap para pembantu Presiden Jokowi dalam melihat oposisi dan suara-suara kritis masih memakai kacamata pra-reformasi dan pra-demokrasi," tuturnya.

Karena itu, menurut Fahri Hamzah, pengritik bukan sekedar teman baik pemerintah, bahkan teman sejati.

Karena dalam suatu negara demokrasi, keberadaan oposisi adalah syarat bagi demokrasi itu sendiri.

Baca Juga: Selain Mengucap Insya Allah, Joe Biden Bahkan pernah Mengutip Hadis Saat Kampanye

Baca Juga: Menko Polhukam Mahfud MD Tantang Perdana Menteri Vanuatu Lakukan Penyelidikan

"Tapi pemerintah selalu nampak mengirim sinyal ganda. Gamang di depan corona, gamang juga di depan oposisi. Dan semakin tenang ia, nampak makin besar dan gagah kuasa. Semakin panik, maka ia nampak makin kecil dan lemah," jelasnya.

Untuk itu, Fahri mengingatkan bahwa semua saat ini sedang menghadapi bencana besar, dan pemerintah harus bisa mempersatukan bangsa menghadapi pandemi ini. Belum lagi, setelah krisis kesehatan ini, dihadapkan pula dengan resesi.

"Lalu kalau kita tidak bersatu, maka kita akan menjadi korban krisis ini. Kenapa kita memilih jadi korban? Jadi kita sangat berharap para pemimpin memahami situasi. Lalu dengan cara yang arif memimpin sebuah orkestra rekonsiliasi," pungkasnya.**

Editor: Encep Faiz

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah