Dorong Sektor Nonmigas, Mendag Lutfi Sebut Baja dan Perhiasan Jadi Andalan Ekspor 2021

10 Februari 2021, 08:10 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Dorong Sektor Nonmigas, Mendag Lutfi Sebut Baja dan Perhiasan Jadi Andalan Ekspor 2021.*/ /Twitter.com/@Kemendag

 

MANTRA SUKABUMI – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan ekspor nonmigas untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Komoditas nonmigas yang menjadi andalan ekspor Indonesia di tahun 2020 adalah Besi Baja, Perhiasan dan Minyak Sawit. Ketiga komoditas itu akan terus didorong menjadi andalan ekspor Indonesia di tahun 2021 dengan mengoptimalkan perjanjian perdagangan internasional.

Hal itu dikatakan Mendag saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook (IEO) 2021 secara virtual, hari Senin, 8 Februari 2021.

Baca Juga: Jajan di Kantin hingga Staycation di Hotel, ShopeePay Hadirkan Cashback 30%

Baca Juga: Hindari Sekarang Juga, 7 Makanan Kolestrol Tinggi ini Bisa Picu Stroke dan Jantung

Seminar IEO’21 diselenggarakan oleh Kajian Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (Kanopi) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia. Seminar bertema "Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia's Economy" tersebut dihadiri sekitar 2000 peserta secara virtual.

“Untuk mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas, kita harus membuka pasar Indonesia dan berkolaborasi dengan berbagai negara melalui perjanjian dagang yang sudah ada,” ujar Mendag Lutfi.

“Hal itu sekaligus sebagai upaya meningkatkan nilai tambah masing-masing produk yang diekspor,” sambungnya, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari laman Kemendag pada Rabu, 10 Februari 2021.

Hadir sebagai pembicara kunci Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia Bambang Brodjonegoro, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.

Baca Juga: Inilah Janji Allah SWT Jika Anda Sedekah Subuh Salah Satunya Dapat Padamkan Panasnya Alam Kubur

hadir juga jadi pembicara Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Aida S. Budiman, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu, dan Staf Ahli Bidang Ekonomi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan.

Sejumlah perjanjian perdagangan yang dimaksud yaitu Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA), Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA).

Selanjutnya ada Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) dan lainnya dapat dimanfaatkan untuk mendorong ekspor produk lebih banyak.

Neraca perdagangan Indonesia pada 2020 mencatatkan surplus sebesar USD 21,7 miliar dan menjadi yang tertinggi sejak 2012.

Baca Juga: Inna Lillahi, Dangke Derajad Mantan Presenter RCTI Meninggal Dunia

 Baca Juga: Ini Tahap Proses Validasi Data BLT BPJS Ketenagakerjaan Agar Dana Bisa Cepat Dicairkan dan Tepat Sasaran

Namun, hal ini perlu diwaspadai karena surplus neraca perdagangan disebabkan penurunan impor yang lebih tajam dibandingkan penurunan ekspornya. Ekspor selama 2020 hanya turun 2,6 persen (YoY), sementara impor turun hingga 17,3 persen (YoY).

Mendag Lutfi mengungkapkan, ada tiga negara yang menjadi sumber surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia, yaitu dengan Amerika Serikat (surplus USD 11,13 miliar), India (USD 6,47 miliar), dan Filipina (USD 5,26 miliar).

Lima produk ekspor dengan pertumbuhan positif tertinggi pada 2020/2019 (YoY) adalah besi baja sebesar 46,84 persen, perhiasan 24,21 persen, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 17,5 persen, furnitur 11,64 persen, dan alas kaki 8,97 persen.

Menurut Mendag Lutfi, pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7 persen atau senilai USD 10,85 miliar. Indonesia merupakan negara penghasil komoditas besi dan baja terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Bahkan, lebih dari 70 persen besi baja Indonesia diekspor ke Tiongkok.

Baca Juga: Kabar Duka, Musisi Indonesia Meninggal Dunia, Armand Maulana: Selamat Jalan Sahabatku

Komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Produk perhiasan pada 2020 menempati urutan ke-5 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai USD 8,2 miliar. Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang.

Selain itu, untuk memastikan ekspor terus berjalan, pemerintah akan terus mengawal dan memastikan pengamanan perdagangan produk-produk Indonesia di luar negeri dengan diplomasi perdagangan.

"Selama pandemi Covid-19, tercatat ada 37 kasus pengamanan perdagangan dari 14 negara, terdiri dari 24 kasus antidumping dan 13 kasus safeguard. Pemerintah juga berkomitmen menjalani proses baku penyelesaian sengketa di WTO terkait bahan mentah Indonesia dan hambatan perdagangan produk biodiesel berbahan baku minyak sawit oleh Uni Eropa," kata Mendag. ***

Editor: Encep Faiz

Sumber: kemendag.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler