Usai Melambung Sehari Sebelumnya, Harga Minyak Turun Tipis Akibat Konflik AS-China

23 Juli 2020, 08:59 WIB
Ilustrasi minyak dunia. /Pixabay/

MANTRA SUKABUMI – Harga awalnya terus mengalami kenaikan. Bahkan diberitakan sebelumnya, harga minyak melambung tinggi. Harga minyak naik sekitar US$ 1 sehari sebelumnya, mencapai tertinggi sejak 6 Maret.

Namun di akhir perdagangan Rabu (22/07/2020/ waktu Amerika Serikat) malam atau (Kamis 23/07/2020 pagi WIB), harga minyak turun tipis tertekan karena kenaikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu pemicu terpangkasnya harga emas hitam.

Disamping itu ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang kian meningkat membawa pengaruh fluktuasi harga minyak kian menurun.

Baca Juga: Pembunuhan Mahasiswa Muda di Turki Picu Kemarahan dan Ribuan Wanita Turun ke Jalan

Mengutip Bloomberg pada pukul 08.00 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 turun 1,47% menjadi US$ 42,09 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 turun 1,67% menjadi US$ 39,43 per barel.

Persediaan minyak mentah dan sulingan AS naik secara tak terduga, sedangkan permintaan bahan bakar tergelincir dalam pekan terakhir, kata Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (22/07/2020), lantaran peningkatan tajam dalam kasus covid-19 telah mulai memukul konsumsi AS.

Persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel dalam sepekan hingga 17 Juli menjadi 536,6 juta barel, ketimbang dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel. Produksi naik 100 ribu barel menjadi 11,1 juta barel per hari.

Baca Juga: Konflik Libya Terus Memanas, Turki dan Rusia Sepakat Gencatan Senjata

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Anies Baswedan Berswafoto dengan Salah Seorang Tokoh ISIS?

“Secara keseluruhan, ini akan menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya macet,” tutur Phil Flynn, analis senior pada Price Futures Group di Chicago, AS.

Kemudian Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa (21/7/2020) bahwa wabah pandemi Covid-19 mungkin akan memburuk sebelum membaik, sebuah pergeseran dari penekanan sebelumnya yang kuat pada pembukaan kembali ekonomi.

Bjornar Tonhaugen selaku Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, mengatakan komentar Trump mungkin disambut baik oleh investor karena mereka merupakan yang paling diukur olehnya atau pemerintahannya sejauh ini.

Baca Juga: Update Corona Dunia per 23 Juli 2020, Kasus Positif Tembus 15 Juta Lebih, Indonesia Kalahkan China

“Hal ini bisa menjadi positif bagi prospek permintaan minyak. Alih-alih gelombang penguncian kedua yang tidak terkontrol dan mengganggu, mungkin sekarang ada peluang bahwa Amerika Serikat pada akhirnya akan mendapatkan penyebaran terkendali,” ungkap Tonhaugen.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler