MANTRA SUKABUMI - Turki dan Rusia sepakat pada Rabu untuk mendesak gencatan senjata di Libya yang dilanda perang, tetapi Ankara mengatakan pemimpin pasukan timur itu tidak sah dan harus menarik diri dari posisi-posisi penting agar gencatan senjata yang kredibel dapat bertahan.
Moskow dan Ankara adalah di antara pialang kekuasaan utama dalam konflik Libya sambil mendukung pihak lawan.
Rusia mendukung pasukan komandan militer pemberontak Khalifa Haftar yang berbasis di timur, sementara Turki telah membantu Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli mengusir upaya Haftar untuk menyerbu ibukota.
Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, Kamis 23 Juli 2020, Antam, Antam Retro, dan UBS
"Kami baru saja mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk mengerjakan gencatan senjata yang kredibel dan berkelanjutan di Libya," kata penasihat keamanan utama Presiden Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, kepada kantor berita Reuters.
Kalin mengatakan kesepakatan apa pun harus didasarkan pada pengembalian ke apa yang dia katakan adalah garis depan Libya pada 2015, yang mengharuskan pasukan Haftar untuk menarik kembali dari kota strategis Sirte pintu gerbang ke ladang minyak timur Libya dan al-Jufra, sebuah pangkalan udara di dekat pusat negara.
"Agar gencatan senjata bisa berkelanjutan, Jufra dan Sirte harus dievakuasi oleh pasukan Haftar," kata Kalin.
Baca Juga: 200 Tersangka Militan Dibebaskan Pengadilan Pakistan, Usai Naik Banding
Pertempuran untuk Sirte