Konflik Palestina dan Israel Sulit Berdamai, Simak Alasannya

24 Mei 2021, 12:57 WIB
Riyad Mahrez mengibarkan bendera Palestina /Instagram Story/@riyadmahrez26.7

MANTRA SUKABUMI - Artikel anyar Walter Russel Mead berjudul “The U.S. Is Less Relevant Than Ever in Gaza“ di Wall Street Journey pada 17 Mei 2021, menegaskan bahwa perseteruan Palestina dengan Israel tidak akan berakhir. 

Walter mencatat sekian alasan mengapa perseteruan ini tidak berakhir.

Pertama Amerika mengabaikan metode memecahkan masalah tanpa menimbang hubungan antara bangsa Israel dan Palestina. 

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: 5 BLT yang Siap Cair Bulan Mei–Juni 2021, Berikut Cara Dapat Listrik Gratis dan Cek BLT UMKM Rp1,2 juta

Kedua Amerika mengabaikan dinamika Timur Tengah dan kontestasi global terkait Palestina-Israel.

Walter menilai semua perundingan hanya akan sia-sia dan bertahan pendek sebagaimana yang telah terjadi berkali-kali sebelumnya.

Sementara itu, bangsa Palestina memiliki ketahanan yang kuat untuk tetap melawan di samping ketimpangan kekuatan yang ada.

Bangsa Israel dapat membuat perlawanan bangsa Palestina sia-sia, tapi mereka (bangsa Israel) tidak dapat melenyapkannya. 

"Sedangkan bangsa Palestina dapat memperpanjang konflik tanpa batas, tapi mereka (bangsa Palestina) tidak dapat meraih tujuan politis mereka,” tulis Walter sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari laman resmi muhammadiyah.or.id pada 24 Mei 2021.

Baca Juga: Penyakit Jantung Dapat Diobati dengan Mengkonsumsi Ikan Sekalipun Penyakit Tersebut Mematikan

Selaras dengan pendapat Walter di atas, Dubes RI untuk Lebanon Hadjriyanto Y Thohari mencatat bahwa agresi militer Israel terjadi dalam periode waktu tertentu dengan pola yang sama.

“Perang seperti itu seperti hal yang rutin 4-5 tahun sekali. (waktunya) Lebih-lebih sedikit, kurang-kurang sedikit,” jelas Hadjri dalam forum diskusi Lazis-mu.

Hadjri pun menekankan bahwa Amerika memiliki peran yang besar dalam menjaga perseteruan Palestina dan Israel tetap abadi dengan lima motif politik luar negeri Amerika di kawasan.

“Intinya pertama, aspek terhadap minyak. Karena kalau ga ada minyak, amerika akan lumpuh. Amerika sangat tergantung pada minyak sehingga tidak mau kebutuhannya pada minyak terganggu,” jelasnya.

Kedua, dukungan dan proteksi taat pada Israel sebagai bayangan Amerika di kawasan. 

Ketiga, Hadjri menyebut Amerika ingin menguatkan basis-basis kekuatannya terutama pangkalan militer di wilayah itu.

Baca Juga: Tak Disangka, Bahaya Daun Singkong Ternyata Dapat Sebabkan Pembuluh Darah Tersumbat dan 5 Penyakit Lainnya

Keempat, mempertahankan aliansi penguasa di Timur Tengah yang selaras dengan Amerika.

“Terakhir setelah 9/11 adalah membendung gerakan radikalisme dan terorisme Islam,” pungkas Hadjri.

“Sudah lima itu. Inilah ‘Pancasila’-nya politik luar negeri AS di Timur Tengah. Saya tulis dalam tanda kutip. Sila utamanya ya melindungi Israel. Sila melindungi Israel itulah yang memimpin sila-sila yang lainnya,” pungkas Hadjri.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler