Dalam Waktu 24 Jam Terakhir, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok Ungkap Tidak Ada Kematian

9 April 2020, 16:29 WIB
WARGA Tiongkok diwajibkan mengenakan masker sejak awal tahun 2020 saat virus corona merebak di negara tersebut.* /(Pikiran Rakyat Bekasi.com)

MANTRA SUKABUMI – Tiongkok adalah Negara pertama kemunculan virus corona yang awal mulanya diindikasi penyebaran virus tersebut dari hewan kelelawar salah satunya.

Pandemi pun muncul di Kota Wuhan Tiongkok yang berakhir dengan kebijakan karantina wilayah dikarenakan korban – korban terus berjatuhan terinfeksi virus tersebut.

Seiring berjalannya waktu virus tersebut terus menyebar ke seluruh penjuru dunia sehingga WHO menyatakan Pandemi Global Covid-19. Korban di setiap negara terus berjatuhan menyerang semua orang tanpa terkecuali, tua dan muda banyak yang tertular dan juga tidak mengenal suku dan jabatan apapun bisa terjangkit.

Pemerintah dan Tim Medis di semua negara terus berjuang melakukan pencegahan serta penanganan masyakatnya yang terkena pandemi, walaupun setiap hari yang terkena covid-19 terus bertambah, semua negara pun dibuat repot sehingga penanganannya dilakukan semaksimal mungkin.

 Baca Juga: Sepasang Pengantin Dipenjara, Adakan Pesta Pernikahan Saat Pandemi Covid-19

Kebijakan – kebijakan juga diberlakukan oleh sejumlah negara salah satu kebijakannya dengan melakukan lockdown dengan tujuan memutus jaringan covid-19.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran Rakyat.com dengan judul Babak Baru, Tidak ada Kematian di Tiongkok dalam 24 Jam Terakhir

Lain hal dengan Tiongkok Negara pertama kemunculan bibit covid-19 melalui Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengungkapkan kabar gembira yakni pertama kalinya dalam kurun waktu 24 jam tidak ada kasus kematian warganya akibat infeksi virus corona.

Bahkan dalam seminggu terakhir hanya ada 13 kasus kematian di Tiongkok akibat pandemi tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Radio France Internationale, pernyataan tersebut bersamaan dengan kabar dicabutnya status lockdown di Wuhan, kota yang menjadi episentrum pandemi global.

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Kabupaten Sukabumi, 23 Orang PDP Sembuh, 4 Orang Positif

Sebelumnya penerapan kebijakan lockdown di seluruh penjuru Provinsi Hubei dan wilayah sekitarnya telah membuat puluhan juta orang tertahan selama kurang lebih 2 bulan lamanya.

Meskipun secara keseluruhan jumlah kematian di Tiongkok menyentuh angka lebih dari 3.335 jiwa dan hampir 81.865 orang dinyatakan positif, kini jumlah kasus baru mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir.

Meski dalam laporan terbaru, ada 63 kasus positif dan 2 kematian yang dilaporkan beberapa jam lalu yang merupakan kasus imported case.

Namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi status Tiongkok yang kian membaik, Pemerintah pun kini mencabut kebijakan lockdown secara bertahap.

Baca Juga: UPI Terima Peserta Lulus SNMPTN Sebanyak 2.692 Orang, Pemegang KIP-K Lakukan Verifikasi

Orang-orang yang sebelumnya terjebak di Provinsin Hubei dapat kembali ke wilayahnya.

Satu-satunya yang kini dikhawatirkan Tiongkok adalah risiko gelombang infeksi kedua yang merupakan imported case atau warga negara asing.

Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, Pemerintah Tiongkok telah menerapkan kebijakan dengan mengetatkan kedatangan warga negara asing yang datang ke negaranya.

Pemerintah Tiongkok memberlakukan kebijakan tersebut untuk kedatangan dari Amerika Serikat, Italia, dan Iran dengan membuat pernyataan seperti surat keterangan sehat serta memberikan transparansi riwayat perjalanan mereka jika hendak berkunjung ke negaranya.

Namun Presien Amerika Serikat Donald Trump tetap tidak bercaya dan menuding Pemerintah Tiongkok memalsukan data yang sebenenarnya.

Tudingan Trump tersebut karena bertolak belakang dengan kondisi di Amerika Serikat yang tengah menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona.

Baca Juga: Tekan Resiko Terpapar Virus, Ridwan Kamil Minta Warga Sehat Gunakan Masker Kain

Pada hari Selasa 7 April 2020, korban meninggal dunia di Amerika Serikat sebanyak lebih dari 11.000 jiwa.

Kini sebanyak 293.740 orang yang sudah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona di seluruh dunia.

Sejumlah negara tengah berupaya menerapkan berbagai metode untuk menyembuhkan pasien salah satunya yang kini banyak ditiru negara-negara di Asia yakni infusi plasma darah dari pasien yang telah dinyatakan sembuh kepada pasien yang masih terinfeksi.

Di Korea Selatan, metode tersebut terbukti ampuh dan telah membuat 2 pasien berusia lanjut sembuh setelah mendapat infusi plasma darah dari pasien yang sudah sembuh.

Antibodi yang dimiliki oleh pasien sembuh dinilai efektif dapat meningkatkan imunitas dan meningkatkan harapan sembuh bagi pasien lainnya.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler