Pasien Corona 60 Tahun Tewas Setelah Dokter Magang Salah Seting Pasang Ventilator

2 Mei 2020, 02:30 WIB
ILUSTRASI virus corona (COVID-19) //pixabay

MANTRA SUKABUMI - Korban wabah virus corona terus berjatuhan, setiap hari orang yang terinfeksi virus tersebut terus bertambah.

Upaya pencegahan terus di lakukan oleh pemerintah dengan berbagai macam upaya, pengawasan serta pengobatan pasien yang terjangkit terus diupayakan oleh tim medis.

Dengan dilengkapi peralatan medis yang memadai dan Alat Pelindung Diri (APD) tim medis terus berjuang dengan segala kemampuannya guna penyembuhan pasien yang ditanganinya walaupun jiwa dan raganya dipertaruhkan.

Pasien yang ditangani ada yang mendapatkan kesembuhan tetapi ada juga yang nyawanya tidak tertolong yaitu meninggal dunia.

Baca Juga: Tak Disangka AS Rencanakan Miliki 100 Juta Dosis Vaksin Hingga Akhir Tahun

Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Montefiore di Bronx, New YorkAmerika Serikat, seorang pasien virus corona harus meninggal dunia setelah salah satu petugas medis yang tengah magang salah mengatur ventilatornya.

Pasien tersebut telah berusia 60 tahun sebagaimana dikabarkan Wall Street Journal.

Hampir sebulan ia dirawat di rumah sakit setelah di rujuk dari tempat panti jompo yang merawatnya.

Ia harus kehilangan nyawa setelah salah satu dokter magang salah setting ventilator yang digunakannya dalam tekanan tinggi.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh petugas medis lainnya, yang mengatakan bahwa dokter tersebut berada dalam pelatihan karena baru lulus dari sekolah kedokteran.

Baca Juga: Kisah Memilukan, Nenek Asal Banyuwangi Tinggal di Rumah Mirip Kandang

Dokter tersebut sedang melakukan pelatihan untuk spesialis di bawah pengawasan petugas medis yang lebih senior.

Biasanya, seorang dokter muda tidak akan dibiarkan bekerja di unit perawatan intensif dan menangani pasien yang kritis.

Namun, rumah sakit menjadi kewalahan daengan banyaknya pasien COVID-19, sehingga mendorong mereka melakukan peran yang tidak dipersiapkan.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran Rakyat.com dengan judul Dokter Magang Salah Setting Ventilator Seorang Pasien Covid-19 Akhirnya Tewas

Kronologi yang terjadi pada pasien lanjut usia tersebut adalah, ia mengalah kondisi yang memburuk secara drastis dalam semalam.

Sehingga petugas medis yang saat itu tengah bertugas menghubungkannya dengan ventilator dan secara tidak sengaja menaikkan alat dalam tekanan yang terlalu tinggi dan menghentikan jantung dari pasien yang kritis.

Baca Juga: BMKG Sebut 683 Kali Gempa Tektonik Guncang Wilayah Indonesia Selama April 2020

Ketika seorang dokter senior bergegas masuk ke dalam kamar, dokter yang tengah melakukan pelatihan mengakui bahwa mereka tidak tahu cara bekerja dengan benar untuk pengaturan pada ventilator.

Insiden yang tragis itu adalah salah satu dari beberapa kasus lainnya yang banyak dilaporkan.

Banyak dokter gigi, mata, ahli penyakit kaki dan psikiater yang akhirnya di dorong berada di garda terdepan karena kurangnya tenaga medis yang ada dengan banyaknya kasus yang muncul di New YorkAmerika Serikat.

Di Rumah Sakit Yale New Heaven di Connecticut, Amerika Serikat, seorang anestesiologi dikirim untuk bekerja sebagai terapis pernapasan.

Seharusnya pekerjaan tersebut membutuhkan lisensi yang memerlukan setidaknya waktu selama 2 tahun pelatihan.

Baca Juga: Warga Korea Utara Tertekan Ketakutan Mengetahui Kabar Kematian Kim Jong Un

Dikabarkan bahwa pelatihan satu sesi dilakukan dengan menggunakan Zoom dan beberapa dokumen yang meminta mereka untuk memanggil dokter jika membutuhkan bantuan.

Seorang penduduk mengaku bahwa ia takut, pasien diperlakukan seperti 'kelinci percobaan', di Newyork-Presbyterian atau Colombia University Irving Medical Center, Amerika Serikat.

Pejabat rumah sakit mengatakan bahwa krisis virus corona telah menciptakan kondisi luar biasa bagi semua staf, dan mendorong tanggapan secara langsung.

"Misi kami adalah untuk menyelamatkan hidup, dan pekerja perawatan kesehatan kami yang heroik berada di garis depan, menavigasi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata juru bicara lembaga yang secara resmi dikenal sebagai NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, dikutip  Pikiran-Rakyat.com dari laman Nypost.

Ia mengatakan bahwa petugas medis tenga bekerja untuk mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh mereka.**(Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat.com)

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler