Ilmuan Tiongkok Uji Coba Obat yang Diklaim Tunjukkan Hasil Positif, Tak Perlukan Vaksin

22 Mei 2020, 06:45 WIB
SEORANG peneliti di University Peking Tiongkok.* /AFP / Wang Zhao/

MANTRA SUKABUMI – Pada akhir Desember 2019 lalu, dunia diguncang dengan mewabahnya virus Corona (COVID-19), yang mana pertama kali muncul virus tersebut berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok.

Setelah menyebar ke seluruh dunia, ilmuan dari berbagai negara pun berlomba-lomba untuk mencari pengobatan terutama vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.

Namun, seperti kita ketahui hingga saat ini belum ada sebuah penelitian yang menjelaskan secara pasti telah menemukan acar agar pandemi ini dapat dihentikan.

Baca Juga: Ungkap Kejanggalannya, Eks Menkes Siti Fadilah Percaya Teori Konspirasi dalam Ciptakan Vaksin Virus

Salah satu laboratorium di Tiongkok baru-baru ini tengah mengembangkan satu obat yang diyakini dapat memiliki kekuatan untuk menghentikan pandemi COVID-19 di seluruh dunia.

Sebuah obat yang sedang diuji oleh para ilmuwan di Universitas Peking Tiongkok ini dikabarkan tidak hanya mempersingkat waktu pemulihan bagi mereka yang terinfeksi, bahkan dikabarkan dapat memberikan kekebalan jangka pendek dari virus tersebut.

Dilansir  dari AFP, Sunney Xie, Direktur Pusat Inovasi Lanjutan Gennomik Beijing, mengatakan bahwa obat yang sedang dalam tahap pengujian pada tahap pertama menunjukkan hasil positif terhadap hewan.

“Ketika kami menyuntikkan antibodi penawar ke tikus yang terinfeksi, setelah lima hari viral load dikurangi dengan faktor 2.500,” kata Xie.

Baca Juga: Hadiri Acara Ultah, Satu Keluarga di Kuningan Tertular Virus Corona, Simak Faktanya

Obat tersebut menggunakan antibodi penawar - yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia untuk mencegah sel-sel yang menginfeksi virus - yang diisolasi tim Sunney Xie dari darah 60 pasien yang telah dinyatakan pulih.

Sebuah studi pada penelitian tim, yang diterbitkan pada hari Minggu di jurnal Ilmiah Cell, menunjukkan bahwa penggunaan antibodi memberikan potensi "penyembuhan" untuk penyakit dan mempersingkat waktu pemulihan.

Xie mengatakan timnya telah bekerja selama "siang dan malam" untuk mencari antibodi.

"Keahlian kami adalah genomik sel tunggal daripada imunologi atau virologi. Ketika kami menyadari bahwa pendekatan genomik sel tunggal dapat secara efektif menemukan antibodi penawar, kami sangat senang."

Baca Juga: WHO Terapkan Resolusi Tingkat Internasional untuk Percepat Tangani Virus Corona

Dia menambahkan bahwa obat itu harus siap untuk digunakan akhir tahun ini dan pada waktunya untuk potensi wabah virus musim dingin, yang telah menginfeksi 4,8 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 315.000. 

"Perencanaan untuk uji klinis sedang dilakukan," ujarnya.

Sunney Xie menambahkan bahwa pengujian tersebut juga akan dilakukan di Australia dan negara-negara lain sejak kasus di Tiongkok berkurang, yang mana menawarkan lebih sedikit relawan manusia untuk pengujian.

"Harapannya antibodi yang dinetralkan ini bisa menjadi obat khusus yang akan menghentikan pandemi," katanya.

Artikel ini telah terbit sebelumnya di PikiranRakyat-bekasi.com dengan judul "Tak Perlukan Vaksin, Ilmuwan Tiongkok Klaim Obat yang Diujinya Tunjukkan Hasil Positif."

Tiongkok sudah memiliki lima vaksin Covid-19 yang berpotensial pada tahap uji coba pada manusia, kata seorang pejabat kesehatan pekan lalu.

Akan tetapi, World Health Organization (WHO) telah memperingatkan bahwa pengembangan vaksin bisa memakan waktu selama 12 hingga 18 bulan lamanya.

Para ilmuwan itu juga telah menunjukkan manfaat plasma dari individu yang telah dinyatakan pulih, yang mana telah mengembangkan antibodi terhadap virus yang memungkinkan pertahanan tubuh untuk menyerang plasma.

Baca Juga: Ventilator Karya Anak Bangsa Siap Diproduksi Secara Massal karena Sudah Lolos Uji Klinis

Di Tiongkok, setidaknya lebih dari 700 pasien telah menerima terapi plasma, sebuah proses yang menurut otoritas setempat menunjukkan "efek terapi yang sangat baik".

"Namun, itu (plasma) terbatas dalam pasokan," kata Xie.

Sunney Xie telah mencatat bahwa 14 antibodi penawar yang digunakan dalam obat mereka dapat dimasukkan ke dalam produksi massal dengan cepat.** (Ramadan Dwi Waluya/PR)

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler