Main Game Sehari 22 Jam, Bocah 15 Tahun Lumpuh dan Stroke Otak

11 Juli 2020, 07:27 WIB
Mengaku belajar online. (Dailymail) /

MANTRA SUKABUMI - Bermain video game saat ini sudah menjadi hal biasa, hampir  semua anak dan dewasa setiap hari tak bisa lepas dari bermain game.

Namun, kabar yang membuat miris akibat bermain game terjadi pada anak berusia 15 tahun asal China yang membuat anak tersebut tidak bisa menggerakkan lengan dan tangan kirinya.

Hal tersebut membuat kaget orang tua dan keluarganya saat tiba-tiba sang anak alami kelumpuhan.

Baca Juga: Ciptakan Ruang Keluarga yang Nyaman, Berikut 10 Tips Menata Ruang Keluarga Agar Terlihat Indah

Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan Menhan Prabowo Subianto Masuk Dalam Daftar Menteri Reshuffle di Kabinet Jokowi

Diketahui anak tersebut setiap harinya menghabiskan waktu 22 jam nonstop bermain game komputer selama satu bulan.

Bocah tersebut bernama Xiaobin saat bermain game selalu asyik dan fokus dan juga sang ibu awalnya menganggap bermain game hal yang lumrah atau biasa dan tak akan mengakibatkan apa-apa.

Akibat dianggap hal biasa oleh sang ibu membuat Xiobin menjadi kecanduan dan berakhir harus dilarikan ke rumah sakit di kota Nanning setelah pingsan di rumah.

Baca Juga: Hindari Menikah dengan Lelaki yang Mempunyai 4 Sifat Berikut, Salah Satunya Sering Berbohong

Baca Juga: Hoak atau Fakta: Ribka Tjiptaning Sebut Ibu Jokowi Ketua Gerwani PKI, Benarkah?

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Jumat (10 Juli 2020) apa yang dialami Xiaobin pertama kali diungkap Nanning Television. Xiaobin diketahui menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiangbin Guangxi sejak insiden yang membuat sang ibu syok tersebut.

Seperti siswa kelas 9 lainnya, Xiaobin banyak beraktivitas di rumah selama lockdown sejak Februari lalu. Seluruh sekolah di China tutup dan memberlakukan pembelajaran daring.

Kepada media lokal ibu Xiaobin mengatakan putranya menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar. Dikira belajar dan tak macam-macam, ia tak mengira Xiaobin kecanduan akut video game.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari ini Sabtu 11 Juli 2020, Saksikan Keseruan Dari Jendela SMP dan Samudra Cinta

Baca Juga: Mengejutkan, Dokter di AS Sebut Ada Gumpalan Darah di Setiap Organ Tubuh Jenazah Pasien Covid-19

Ia mengaku percaya saja saat Xiaobin mengatakan dirinya selalu berada di balik layar komputer untuk mengerkalan kelas online. “Dia menutup semua jendela dan mengunci pintu kamarnya jadi kami tak tahu apa yang sebenarnya dikerjakan.”

Namun akhirnya sang ibu tahu Xiaobin nyaris tak pernah tidur dalam dua bulan terakhir. Ia menghabiskan 22 jam sehari untuk bermain video game nonstop. “Dari chat dengan temannya aku tahu anakku tak pernah tidur, hanya dua jam saja sehari,” ujarnya.

Artikel terkait sebelumnya telah tayang di Galamedianews.com dengan judul "Mengaku Belajar Online, Sehari 22 Jam Main Video Game Murid SMP Stroke Otak Hingga Lumpuh"

Xiaobin dilarikan ke rumah sakit pada bulan Maret setelah  tiba-tiba pingsan. Dokter mendiagnosis siswa SMP itu mengalami stroke otak setelah menjalani CT scan. Dia juga kehilangan sensasi di lengan dan tangan kirinya.

Baca Juga: Harga Emas di Hari Ini, Sabtu 11 Juli 2020, Antam, Antam Retro, dan UBS

Baca Juga: John Kei Masuk Bui Kembali, Putri Sulungnya Ungkap Sifat Sang Ibu Urus Anak Bertahun-tahun Sendirian

Dokter Li, spesialis otak rumah sakit mengatakan kondisi Xiaobin dipicu  gaya hidup tidak sehat akibat begadang demi bermain game. “Alasan utamanya  pola tidur dan pola makan yang tidak teratur karena tidak bersekolah. Orangtua juga terlalu menoleransi perilakunya.”

“Kurang gizi dan istirahat  menyebabkan berkurangnya jumlah darah dan oksigen di otak hingga memicu stroke otak," kata Li. Xiaobin menjalani  perawatan rehabilitasi di rumah sakit Nanning.

Sedangkan Dokter Jin, kepala terapis rumah sakit mengatakan sulit untuk menentukan apakah Xiaobin dapat sepenuhnya pulih. Kecanduan video game telah menjadi masalah di kalangan anak muda di Cina. Mereka  mengabaikan studi, kehidupan sosial hingga keluarga untuk game online.

Banyak orangtua yang kemudian memanfaatkan rehabilitasi detoks digital  sebagai upaya terakhir untuk membatasi fiksasi anak-anak mereka di dunia digital. Kecanduan internet kini sudah dianggap sebagai gangguan klinis di China.** (Mia Fahrani/ Galamedianews.com)

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Galamedianews

Tags

Terkini

Terpopuler