Ditahan Militer, Presiden Mali Mundur dan Bubarkan Parlemen

19 Agustus 2020, 11:15 WIB
Ditahan Militer, Presiden Mali Mundur dan Bubarkan Parlemen /Antara/.*/Antara

MANTRA SUKABUMI - Mali kini masuk ke dalam jurang krisis yang sangat mengkhawatirkan. Hal itulah yang membuat pemberontakan terjadi disana.

Sejak Juni lalu, puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Bamako.

Mereka mendesak agar Presiden Keita mundur. Mereka menganggap Keita gagal menangani keamanan yang kian memburuk dan praktik korupsi.

Baca Juga: Australia Akan Gratiskan Vaksin Covid-19, Bagaimana dengan Indonesia

Baca Juga: Bekas Agen CIA Jadi Mata-mata China Ditangkap Otoritas Amerika Serikat

Terbaru beredar sebuah gambar di media sosial, yang katanya berada di garnisun Kati memperlihatkan Keita dan Cisse dikepung oleh tentara bersenjata. Hanya saja keabsahan video tersebut masih dipertanyakan.

Tetapi, pada Selasa, 18 Agustus 2020 kemarin, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menyatakan mundur dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah tentara pemberontak menahannya dengan todongan senjata.

Terlihat lelah dan mengenakan masker bedah, Presiden Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan di stasiun TV pemerintah beberapa jam setelah pasukan menahannya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan sejumlah pejabat tingi lainnya.

Baca Juga: Deretan Tokoh dan Media yang Mengatakan Covid-19 Adalah Konspirasi, Simak Siapa Saja

Baca Juga: Dituduh Mengancam Keamanan, TikTok Lakukan Pembelaan dan Tingkatkan Pertahanan Terhadap Tuduhan AS

"Jika hari ini, elemen tertentu pasukan bersenjata kami ingin (pemerintahan) ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya benar-benar mempunyai pilihan?" katanya dari pangkalan militer Kati di luar Ibu Kota Bamako, tempatnya ditahan seperti dikutip mantrasukabumi.com dari Antara.

Tak segera diketahui pasti siapa yang memimpin pemberontakan tersebut, siapa yang memerintah selama Keita tidak ada atau apakah yang diinginkan oleh para pemberontak.

Prancis dan negara besar lainnya serta Uni Afrika mengecam pemberontakan tersebut. 

Mereka khawatir bahwa lengsernya Presiden Keita dapat semakin mengguncang bekas koloni Prancis tersebut dan seluruh wilayah Sahel Afrika Barat.**

Editor: Encep Faiz

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler