Google Hapus Street View Uluru Australia, Simak Penjelasannya

25 September 2020, 13:45 WIB
Ilustrasi Google. /Pixabay/pixabay

MANTRA SUKABUMI - Google telah menghapus gambar dari Street Viewnya yang memungkinkan pengguna tidak bisa melihat dan merasakan berjalan virtual di Uluru Australia, sebuah situs suci Aborigin yang ditutup untuk turis sejak tahun lalu, menurut perusahaan itu pada Jumat 25 September.

Parks Australia telah meminta agar gambar kontribusi pengguna diturunkan sesuai dengan keinginan masyarakat Anangu yang merupakan pemilik tradisional situs Warisan Dunia.

Monolit merah raksasa di Taman Nasional Uluru Kata Tjuta di Australia tengah ditutup untuk wisatawan pada Oktober 2019 atas permintaan Anangu, yang memegang situs suci tersebut.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Baca Juga: FIX, BLT Rp600 Ribu Tahap 4 Sudah Cair, Segera Cek Rekening Bank BRI, BNI, BCA, dan Bank Swasta Lain

"Kami memahami bahwa Taman Nasional Uluru Kata Tjuta sangat sakral bagi masyarakat Anangu," kata juru bicara Google, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari CNA.

"Dengan segera setelah Parks Australia menyampaikan kekhawatiran mereka tentang kontribusi pengguna ini, kami menghapus citra tersebut," kata mereka.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa gambar tersebut telah diambil oleh pengguna peta Google sebelum penutupan Uluru, yang sebelumnya dikenal sebagai Batu Ayers.

Baca Juga: Ingat Kartu Prakerja Ada Batas Waktunya, Ikuti Caranya Agar Kepesertaan Tidak Dicabut

Baca Juga: Jangan Lewatkan Friendly Match U-19 Indonesia vs Bosnia Herzegovina Malam ini di Mola Tv

Fungsi Street View memungkinkan pengguna melakukan tur jalan kaki virtual di berbagai lokasi di seluruh planet ini.

Ribuan wisatawan mendaki ke puncak Uluru setiap tahun yang bertentangan dengan keinginan pemilik tradisionalnya.

Pendakian ditutup permanen pada 26 Oktober 2019, bertepatan dengan hari jadi kepemilikan diserahkan kembali kepada masyarakat Anangu.

Uluru memiliki makna spiritual dan budaya yang besar bagi penduduk asli Australia, dengan hubungan mereka dengan situs tersebut sejak puluhan ribu tahun yang lalu.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA

Tags

Terkini

Terpopuler