Ribuan Warga Unjuk Rasa di Myanmar, Tolak Kudeta Militer Atas Perebutan Kekuasaan Aung San Suu Kyi

- 7 Februari 2021, 15:55 WIB
Suasana di Myanmar pascakudeta
Suasana di Myanmar pascakudeta /Twitter.com/@eeq17492467

MANTRA SUKABUMI – Ribuan pengunjuk rasa mengepung di wilayah Yangon Myanmar pada hari Minggu, 7 Februari 2021.

Unjuk rasa tersebut dalam rangka menentang kudeta Myanmar yang memicu kemarahan atas perebutan kekuasaan militer dari pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Unjuk rasa baru menyusul protes terbesar hingga saat ini pada hari Sabtu kemarin, ketika puluhan ribu orang datang ke kota-kota di seluruh negeri untuk mengutuk kudeta yang membuat percobaan 10 tahun dengan demokrasi terhenti.

Baca Juga: Kamu Senang Shopping? Coba Cari Tahu Tipe yang Manakah Kamu

Baca Juga: Banjir di Semarang Tak Banyak Hujatan seperti di Jakarta, Teddy Gusnaidi: Kalau Mau Hujat Ya Hujat Aja Sendiri

Ribuan pengunjuk rasa berbaris di Yangon, mengangkat spanduk termasuk beberapa yang mengatakan "Kami tidak ingin kediktatoran militer"

"Saya sangat membenci kudeta militer dan saya tidak takut akan tindakan keras," kata Kyi Phyu Kyaw, seorang mahasiswa berusia 20 tahun. Seperti dikutip mantrasukabumi.com dari channelnewsasia.com, tanggal, 7 Februari 2021.

"Saya akan bergabung setiap hari sampai Amay Suu (Ibu Suu) dibebaskan," lanjutnya

Banyak pengunjuk rasa memberikan hormat tiga jari yang terinspirasi oleh film Hunger Games, yang digunakan sebagai simbol perlawanan oleh pengunjuk rasa pro-demokrasi di Thailand tahun lalu.

Para pengunjuk rasa berencana mengadakan unjuk rasa di Balai Kota Yangon, tetapi akses ke daerah itu diblokir oleh polisi dan barikade.

Baca Juga: Tanggapi Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia, Muannas : Mereka Tamu yang Tidak Tahu Diri

Para pengunjuk rasa dipaksa untuk berpisah menjadi beberapa kelompok saat mereka mencoba mencari jalan di sekitar pos pemeriksaan.

"Kami telah memutuskan. Kami akan berjuang sampai akhir," kata Ye Kyaw, seorang mahasiswa ekonomi berusia 18 tahun.

"Generasi berikutnya bisa memiliki demokrasi jika kita mengakhiri kediktatoran militer ini."

Lonjakan perbedaan pendapat populer selama akhir pekan mengesampingkan blokade nasional internet.

Serupa dengan penutupan sebelumnya yang bertepatan dengan penangkapan Suu Kyi dan para pemimpin senior lainnya pada hari Senin.

Baca Juga: Gawat, Nino Ancam Elsa tentang Anting Mutiara, Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta RCTI Malam ini

Seruan online untuk memprotes pengambilalihan tentara telah memicu tampilan pembangkangan yang berani.

Termasuk keributan malam yang memekakkan telinga dari orang-orang di seluruh negeri yang memukul panci dan wajan sebuah praktik yang secara tradisional dikaitkan dengan mengusir roh jahat.

Penduduk Yangon mengulangi pukulan pot pada jam 8 pagi pada hari Minggu.

"Militer dan polisi Myanmar harus memastikan hak untuk berkumpul secara damai sepenuhnya dihormati dan para demonstran tidak dikenakan pembalasan," kata kantor Hak Asasi Manusia PBB setelah protes hari Sabtu.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah