Datang Bagai Pukulan Tambahan, Corona Belum Usai Kini Wabah Ebola Menyebar di Afrika

- 3 Juni 2020, 06:59 WIB
Epidemi Ebola di timur Kongo telah menewaskan 2.280 orang sejak Agustus 2018.*
Epidemi Ebola di timur Kongo telah menewaskan 2.280 orang sejak Agustus 2018.* /Zohra Bensemra / Reuters/

MANNTRA SUKABUMIPandemi virus corona Covid-19 belum usai, kini penduduk di belahan dunia dihebohkan dengan kemunculan wabah Ebola.

Kabar ini tentu sangat mengagetkan ditengah kecemasan virus corona yang telah merenggut nyawa ratusa ribu warga di dunia.

Bahkan dikabarkan rintisan penyakit mematikan Ebola ini muncul di salah satu negara Afrika.

Para pejabat kesehatan di Republik Demokratik Kongo (DRC) telah melaporkan wabah Ebola baru di barat laut negara itu, hanya beberapa minggu sebelum mereka berharap untuk mengumumkan berakhirnya epidemi Ebola lain di timur negara itu.

Munculnya penyakit mematikan di sisi lain negara yang luas datang sebagai pukulan tambahan sebagai upaya DRC untuk juga memerangi pandemi virus corona.

Baca Juga: Tersiar Kabar Bahwa Virus Corona Dapat Menular dari Sarung Tangan Petugas Rapid Test, Ini Faktanya

Menteri Kesehatan Eteni Longondo mengatakan pada hari Senin empat orang telah meninggal dari Ebola di sebuah distrik di kota barat laut Mbandaka.

"Lembaga Penelitian Biomedis Nasional (INRB) telah mengkonfirmasi kepada saya bahwa sampel dari Mbandaka dites positif untuk Ebola," ujar Longondo.

"Kami akan mengirimkan mereka vaksin dan obat-obatan dengan sangat cepat," kata menteri, seraya menambahkan bahwa ia berencana untuk mengunjungi lokasi wabah pada akhir minggu.

Ibukota Provinsi Equateur, Mbandaka adalah pusat transportasi di Sungai Kongo dengan populasi lebih dari satu juta.

Provinsi Equateur sebelumnya dilanda wabah Ebola antara Mei dan Juli 2018, di mana 33 orang meninggal dan 21 pulih dari penyakit itu.

Baca Juga: Dapat Mempengaruhi Kesehatan, Waspadai Cara Duduk yang Benar Saat Bekerja

Ini adalah provinsi yang sudah mengalami penyakit. Mereka tahu bagaimana merespons. Mereka memulai respon di tingkat lokal kemarin [Minggu]," kata Longondo dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera.

Wabah terbaru di barat laut DRC adalah yang ke 11 di negara itu sejak para ilmuwan pertama kali mengkarakteristikkan penyakit ini pada tahun 1976.

Epidemi Ebola di timur negara itu yang bergejolak telah menewaskan 2.280 orang sejak itu muncul di timur Provinsi Kivu Utara pada Agustus 2018 dan kemudian menyebar ke provinsi tetangga Ituri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah itu darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional pada Juli 2019, setelah virus yang sangat menular itu mengancam akan menyebar ke kota besar Goma dan negara-negara tetangga.

Baca Juga: Beredar Kabar Militer China Masuk ke Indonesia sebagai Pekerja Proyek, Simak Faktanya

Baca Juga: Update (2/6/2020) COVID-19 di Indonesia Bertambah 609 kasus, DKI Jakarta Masih Tertinggi

Nasib diubah dengan peluncuran dua vaksin yang diproduksi oleh Merck dan Johnson & Johnson - yang berada dalam tahap studi klinis dan belum dilisensikan untuk mengimunisasi lebih dari 300.000 orang.

Memprioritaskan kontak orang yang didiagnosis dengan Ebola sangat efektif dalam menghentikannya, penyakit yang menyerang banyak organ tubuh dan dapat menyebabkan pendarahan internal yang tidak terkendali.

DRC juga memerangi wabah virus corona baru, yang mencatat sejauh ini 3.195 infeksi - 2.896 di ibukota, Kinshasa dan 72 kematian, menurut angka resmi terbaru.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x