Muslim Uighur Dibantai, Prancis Serukan Misi Pengamat untuk Evaluasi Perawatan Minoritas di China

- 29 Juli 2020, 10:25 WIB
Dalam 4 Juni 2019 ini, file foto, sebuah bendera Tiongkok terlihat di belakang kawat silet di sebuah kompleks perumahan di Yangisar, selatan Kashgar, di wilayah Xinjiang barat, Cina. (Polisi Badung via AFP)
Dalam 4 Juni 2019 ini, file foto, sebuah bendera Tiongkok terlihat di belakang kawat silet di sebuah kompleks perumahan di Yangisar, selatan Kashgar, di wilayah Xinjiang barat, Cina. (Polisi Badung via AFP) /

MANTRA SUKABUMI - Prancis menyerukan, untuk misi pengamat yang dipimpin PBB untuk mengevaluasi perlakuan terhadap penduduk Uighur China dan menuduh Beijing melakukan "praktik yang tidak dapat dipertahankan" terhadap minoritas Muslim, Selasa.

Proposal Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian muncul ketika ketegangan meningkat antara Perancis dan Cina setelah Paris mengintensifkan ekspresinya dari perhatian publik terhadap perlakuan terhadap warga Uighur di wilayah Xinjiang barat.

"Karena mereka mengatakan pernyataan saya tidak berdasar, kami mengusulkan misi internasional pengamat independen, di bawah pengawasan komisaris hak (U.N.) Michelle Bachelet, untuk mengunjungi dan memberikan kesaksian," Le Drian mengatakan kepada anggota parlemen di parlemen, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari Daily Sabah.

Baca Juga: Terungkap, Israel Ubah Masjid Jadi 15 Sinagog Yahudi, Lumbung, Bar, Restoran

Baca Juga: Bos PS Stroe Diciduk Pihak Bea Cukai, Usai Kedapati Selundupkan HP Ilegal

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli mengatakan lebih dari satu juta etnis Uighur dan minoritas berbahasa Turki lainnya telah ditangkap di kamp-kamp interniran.

Berbicara di parlemen pekan lalu, Le Drian menunjuk ke tuduhan termasuk "kamp penjara untuk Uighur, penahanan massal, penghilangan paksa, kerja paksa, sterilisasi paksa dan penghancuran warisan Uighur."

Kementerian luar negeri China menolak komentar itu sebagai "kebohongan," mengatakan bahwa masalah Xinjiang bukan tentang hak asasi manusia, agama, atau etnis tetapi tentang "melawan terorisme dan separatisme yang keras."

Baca Juga: Peneliti AS Berseteru Mengenai Penggunaan Obat Anti-Malaria yang Didorong Donald Trump

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah