PBB Siap Bentrok Atas Embargo Senjata Iran oleh AS dan Dapat Tentangan Keras dari Rusia dan China

- 8 Agustus 2020, 16:25 WIB
Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft dan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Desember 2019 AFP / MARK WILSON
Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft dan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Desember 2019 AFP / MARK WILSON /

MANTRA SUKABUMI - Dewan Keamanan PBB pekan depan akan menolak mentah-mentah resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata Iran, kata para diplomat, yang mengatur pertarungan panjang dengan dampak bagi kesepakatan nuklir Iran.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengumumkan pada hari Rabu bahwa Amerika Serikat akan mengajukan resolusi yang telah lama ditunggu-tunggu meskipun mendapat tentangan keras dari Rusia dan China.

Tetapi para diplomat PBB mengatakan penentangan terhadap bentuk resolusi saat ini begitu meluas sehingga Washington bahkan tidak mungkin untuk mendapatkan sembilan suara yang diperlukan untuk memaksa Moskow dan Beijing menggunakan hak veto mereka.

Baca Juga: Produsen Vaksin Terbesar Dunia Akan Produksi 100 Juta Dosis Dengan Harga Termurah US $ 3 Per Dosis

"Resolusi itu mengambil posisi maksimal di Iran," kata seorang diplomat kepada AFP. Yang lain mengatakan draf itu "melampaui ketentuan saat ini" dari larangan penjualan senjata konvensional ke Iran yang berakhir pada 18 Oktober, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari CNA.

Embargo akan berakhir di bawah ketentuan resolusi yang memberkati kesepakatan nuklir Iran, yang ditandatangani pada Juli 2015 dan secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Berdasarkan kesepakatan itu, yang dinegosiasikan oleh Presiden AS Barack Obama, Iran berkomitmen untuk membatasi kegiatan nuklirnya untuk keringanan sanksi dan keuntungan lainnya.

Baca Juga: Diplomat China: Washington Harus Hormati Beijing dan Hindari Buat Kesalahan Penilaian

Presiden Donald Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian pada Mei 2018 dan menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran di bawah kampanye "tekanan maksimum."

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x