MANTRA SUKABUMI - YouTuber kenamaan Deddy Corbuzier menceritakan kondisi dirinya yang sempat kritis hingga hampir meninggal dunia.
Menurut Deddy Corbuzier dirinya terkena badai sitokin meskipun sudah negatif Covid-19 yang membuat dirinya kembali berjuang keras.
Hal tersebut disampaikan Deddy Corbuzier saat dirinya mengungkapkan alasan mundur dari podcast beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Sebut Paru-parunya Alami Kerusakan Parah Meski Ia Selamat: Karena Pola Hidup Sehat
"Saya sakit.. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucu nya dengan keadaan sudah negatif. Yes it's covid," ujar Deddy.
Deddy mengatakan dirinya terpapar tanpa gejala apapun, namun tiba tiba masuk ke dalam badai Sitokin dengan keadaan paru paru rusak 60% dalam dua hari.
"Jendral Lukman Waka RSPAD, Dr Wenny Tan hingga Dr Gunawan turun tangan semaksimal mungkin tuk menstabilkan keadaan saya keluar dr masa kritis. Yes it's a life and death situation," lanjut Deddy.
Deddy Corbuzier juga mengatakan jika oksigen darahnya tidak turun bahkan diam di 97-99 hingga ia bisa selamat walau dengan kerusakan paru yg parah.
Menanggapi hal tersebut, aktivis Covid-19 dr Tirta Mandira Hudhi menceritakan pengalaman dirinya saat menangani pasien penderita covid-19.
Hal tersebut diceritakan dr. Tirta melalui akun Instagram pribadinya @dr.tirta pada Minggu, 22 Agustus 2021.
Menurut dr Tirta, badai Sitokin yang sudah diketahui banyak masyarakat soal gejalanya yakni mirip dengan covid-19 namun tiba-tiba kondisi kesehatannya menurun secara drastis.
"Pasien, wanita, kelahiran 1994,
Awalnya isoman 6 hari, hari ke tujuh tiba-tiba saturasi memburuk, di angka 72 (pasien belum sempat vaksin, dah dapet jadwal, keburu kena dulu)," pungkas dr. Tirta menjelaskan, seperti dikutip mantrasukabumi.com dalam postingan yang diunggah di akun Instagram @dr.tirta pada Minggu, 22 Agustus 2021.
Terpaparnya covid-19 pasien tersebut diceritakannya telah melakukan isoman dengan kondisi kesehatan yang kurang baik.
Pasien tersebut harus dirawat dirumah sakit dan diperbolehkan pulang setelah hasil xray nya membaik, kemarin.
"Setelah perjuangan selama 22 hari di ruang icu dan ruang isolasi, akhirnya beliau pulang hari ini dan kondisi paru kaya d hasil xray ini, membaik," sambungnya.
Namun selama dua puluh dua hari pasien tersebut di rawat dengan terpapar covid-19 dan juga melawan Badai Sitokin dalam tubuhnya.
Kondisi pasien yang sempat ditangani dr. Tirta sempat mengalami kondisi kritis dengan saturasi sampai 50.
"Setelah melawan badai sitokin, saturasi anjlok sampe 50, suaminya panik, dan saya tenangkan. Salut buat nakes di icu yang berjuang demi beliau," tuturnya dr. Tirta.
Kondisi kesehatan yang belum pulih namun bisa melanjutkan pengobatan di rumah dr. Tirta menjelaskan jika dalam pengembalian kondisi kesehatan tubuh secara normal.
Tidak menyita waktu yang cukup singkat, sebab setelah berjuang melawan badai sitokin pasien harus tetap terpasang oksigen agar saturasinya meningkat dan tidak kembali drop.
"Recovery akan berjalan 2-4 bulan, karena saturasi msh 82-88, dan ada atrofi otot di beberapa bagian, jika copot tabung oksigen, saturasi akan drop jadi harus pake oksigen , dan latian aktivitas fisik. Semua perlu proses, ga ada yang instant. Apalagi post gejala berat," katanya.
Kemudian daripada itu dr. Tirta dengan tegas menjelaskan jika semua penyakit bisa disembuhkan asalkan bisa ditangani sejak awal.
"Percayalah, semua ada solusi jika ditangani sejak awal," tegasnya dr. Tirta mengingatkan.***