Mengejutakan, Para Peneliti Temukan Organ Baru di Tenggorokan Manusia, Ini Nama dan Fungsinya

29 Oktober 2020, 18:56 WIB
Ilustrasi tenggorokan. /Unsplash.com/@elizabetastrelkova

MANTRA SUKABUMI - Baru-baru ini kelompok peneliti dari The Netherlands Cancer Institute menemukan organ baru dalam tenggorokan manusia.

Organ baru ini disebut-sebut bakal mampu mengoptimalisasi terapi radiasi untuk pasien kanker.

Dilansir mantrasukabumi.com dari akun Instagram/@narasinewsroom, berikut penjelasannya.

Baca Juga: ShopeePay Kembali dengan Merchant Baru untuk Kamu Nikmati Minggu Ini!

Baca Juga: F4 Meteor Garden dari Drama hingga Boyband Taiwan, Kini Mereka Kembali untuk Sebuah Pertunjukan

Organ baru yang ditemukan para peneliti tersebut yaitu Kelenjar Ludah Tubarial, kelenjar ini baru ini memiliki ukuran sekitar 3,9 cm di area Nasofaring.

Kelenjar Ludah Tubarial berfungsi untuk melumasi dan melembabkan tenggorokan baigian atas, belakang hidung dan mulut.

Penemuan ini pun sangat mengejutkan. Karena sejak tiga abad lalu, hanya diketahui ada tiga jenis kelenjar di tubuh manusia. Yaitu, satu teletak di dekat telinga, satu dibawah rahang, satu lagi dibawah lidah.

Menariknaya, para peneliti di The Netherlands Cancer Institute tak sengaja menemukan organ baru ini

Hal itu, saat mereka melakukan penelitian terhadap sel kanker prostat. Lalu alat PSMA PET-CT ternyata mendeteksi adanya jaringan kelenjar ludah baru tersebut.

Untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, para peneliti pun melakukan pemeriksaan terhadap 100 pasien (99 diantaranya adalah laki-laki, hal ini karena dimaksudkan untuk meneliti kanker prostat) dan hasilnya mereka menemukan kelenjar ludah Tubarial diseluruh tubuh pasen.

Penemuan ini sangat penting untuk pengengobatan kanker. Hal itu, agar terapi radiasi yang dilakukan tidak diarahkan ke kelenjar-kelenjar lain.

Karena terapi kanker dengan radiasi dapat merusak kelenjar ludah dan berakibat pada komplikasi. Misalnya, kesulitan makan, menelan, atau berbicara.

Baca Juga: Cek Fakta: Heboh, Pemilik SIM C Akan Dapat Bantuan BLT Rp900 Ribu

Hal itu lantaran, saat peneliti memeriksa analisi data terhadap 723 pasien, ditemukan bahwa semakin banyak radiasi yang diterima pasien di area kelenjar yang tidak di ketahui, maka banyak efek samping yang berpotensi terjadi.

Menurut Ahli Onkologi Radiasi Wouter Vogel, langkah selanjunya adalah mencari cara tetbaik untuk menghindari kelenjar baru ini (saat terapi kanker) dan mencari tahu dari pasien mana saja (kelenjar ini ada).

Jika mereka bisa melakukannya, maka efek samping yang di timbulkan akan lebih sedikit dan ini juga bermanfaat bagi para pasien yang telah menjalani pengobatan kanker.**

 

Editor: Emis Suhendi

Tags

Terkini

Terpopuler