Bahaya yang Harus Diwaspadai Pengguna Azitromisin dan Oseltamivir Bagi Pasien Covid-19, Segera Hentikan

- 18 Juli 2021, 14:48 WIB
Obat Oseltamivir
Obat Oseltamivir /Tangkapan Layar

MANTRA SUKABUMI - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan bahaya Azitromisin dan Oseltamivir.

Menurut Zubairi Djoerban Azitromisin dan Oseltamivir kini tidak lagi jadi standar perawatan pasien Covid-19.

Dirinya lantas menjelaskan bahaya dan dampak jangka panjang pemakaian Azitromisin dan Oseltamivir secara sembarangan.

Baca Juga: Daftar 20 Singkatan PPKM Darurat Plesetan Netizen yang Bikin Geleng-geleng Kepala

Baca Juga: Wulan Guritno Tampil Menggoda Pakai Daster, Netizen Gagal Fokus: Tante Pakai Bra atau Enggak?

Menurut Zubairi Djoerban, Oseltamivir adalah obat antivirus untuk terapi infeksi Influenza dalam tubuh, bukan untuk Covid-19.

"Kenapa pemakaian Oseltamivir dan Azitromisin direvisi, termasuk oleh WHO?
Sebenarnya Oseltamivir adalah obat bagus," ujar Zubairi.

"Obat antivirus ini digunakan untuk terapi infeksi Influenza dalam tubuh. Bukan untuk Covid-19. Jadi jelas, prinsipnya, Oseltamivir itu bukan obat Covid-19," sambungnya.

Sementara Azitromisin adalah obat antibiotik yang mengatasi bakteri dan jamur. Adapun Covid-19 penyebabnya adalah virus.

*Sehingga, tidak seharusnya pasien Covid-19 diberikan Azitromisin kecuali ada infeksi bakteri sekunder. Akan tetapi, pemakaiannya tetap ditentukan oleh dokter," bebernya.

Revisi itu menurut Zubairi dilakukan karena beberapa penelitian mengungkap bahwa dampak Azitromisin terhadap pasien Covid-19 itu tidak efektif.

Baca Juga: Mbah Maimoen Sebut Jika Jamaah Haji Kurang dari 600 Ribu, Allah Utus Malaikat untuk Keliling Ka'bah

"Bahkan penggunaannya secara tidak perlu membuat pasien rentan terhadap efek samping obat itu. Salah satunya meningkatkan risiko resistensi," imbuhnya.

Zubairi juga menjelaskan risiko pasien isoman yang selama ini menggunakan obat antibiotik secara bebas.

"Kalau pemakaiannya sembarangan, terlalu banyak, tanpa indikasi yang benar, maka akan timbul resistensi. Yang resisten tentunya bukan kita, tapi bakterinya," katanya.

Dirinya menjelaskan bakteri yang terlalu sering dapat Azitromisin, akan membuat bakteri itu resisten. Kalau mereka resisten, maka sulit diatasi.

"Saran saya, jangan pakai Azitromisin--kecuali memang terbukti ada infeksi bakteri, selain Covid-19," sarannya.

Zubairi lantas meminta masyarakat yang sudah terlanjur memakai Azitromisin untuk segera menghentikan penggunaan obat itu.

Baca Juga: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa Langsung Instruksikan Hal Ini Pada Satpol PP Jatim

"Ya setop. Karena tidak dibenarkan. Meski saya tahu niatnya baik untuk menyembuhkan, tapi harus dipahami bahwa Azitromisin bukan obat Covid-19," pintanya.

Sebab penggunaan Azitromisin yang tanpa aturan malah akan memperparah gejala Covid-19.

"Efeknya jangka panjang, setelah beberapa bulan ketika bakteri itu menjadi resisten. Amat mungkin juga obat ini berefek serius kepada orang yang menggunakannya dalam jumlah banyak dan sembarangan--di kemudian hari," jelasnya.

Namun Zubairi menambahkan efek obat tersebut tidak sampai menyebabkan kematian pada penggunanya.

"Kelihatannya tidak. Penyebab kematian pasien Covid-19 itu kebanyakan karena tidak tertangani. Apalagi banyak pasien dengan keluhan berat tidak bisa masuk ke rumah sakit," ungkapnya.

Zubairi juga menegaskan jika tidak 100 persen pasien Covid-19 itu sebenarnya boleh isoman.

Baca Juga: Sudjiwo Tedjo Berikan Sindiran Permintaan Maaf Luhut Binsar Pandjaitan: Etikanya Tatap yang Diajak Bicara

"Salah satu syarat pasien yang boleh isoman adalah pasien yang rontgen parunya normal dan saturasi oksigennya tidak drop," bebernya.

Dalam cuitan terakhirnya, Zubairi menegaskan pada kondisi apa pasien Covid-19 harus memakai obat antibiotik.

"Penentuannya ada pada dokter. Kalau memang terbukti ada infeksi bakteri di tubuh pasien, ya memang harus memakai antibiotik," pungkasnya.***

Editor: Andriana

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah