Gus Baha berguyon dengan menggambarkan roh tersebut seolah-olahb sesuai dengan yang ada alam pemahaman masyarakat.
Gus Baha mencoba untuk menggambarkan roh sesuai dengan apa yang dipahami oleh masyarakat selama ini, ternyata ada keganjalan.
"Mbah yang (ketika masih hidup) suka rokok, lalu mejanya dikasih rokok. Lha seandainya saat masih hidup di dunia suka nonton film porno seperti Rukhin, kan repot!, " Ucapnya
"Kalau begitu ya kacau..!! Hehehe, "sambungnya.
Gus Baha memahami terhadap pandangan masyarakat mengenai roh yang akan datang kembali ke rumah, namun ia mencoba menjelaskan dengan perlahan.
"Kita pasti menentang, tapi banyak di desa-desa masih begitu. “Mbahmu seneng iki, le…” (Kakekmu suka ini nak…), "ujar Gus Baha.
"Baru ketika gemblong (ketan) dimakan tikus, “Le, gemblonge wes kalong, wes dipangan Mbahe..” (Nak, ketannya sudah berkurang, sudah dimakan sama kakek), "sambungnya.
"Mbah tikus itu, aneh-aneh saja! Hehe kalau yang seperti itu kita pasti menentang. Artinya ‘menentang’ itu pasti tidak cocok!, "ujarnya.
Gus Baha mencoba untuk mengajak untuk jangan sampai kepikiran, karena hal tersebut bisa saja terjadi atau sebaliknya.