Jangan Asal, ini Adab Memotong Kuku Menurut Islam dan Rasulullah SAW

2 Juli 2021, 06:07 WIB
Jangan Asal, ini Adab Memotong Kuku Menurut Islam dan Rasulullah SAW ./ /Pixabay/chiplanay

MANTRA SUKABUMI - Di dalam agama Islam, semua aspek kehidupan manusia diatur dan ditata agar tidak menyimpang dan selalu mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Bahkan hal yang dianggap sepele pun Islam mengaturnya. Ada adab dan aturan tertentu yang harus dilaksanakan dalam menggapai sunnah Rasulullah SAW.

Salah satu hal yang sering kita lakukan adalah memotong kuku. Ternyata Islam sudah mengaturnya, ada adab yang harus kita ketahui .

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Selain itu, Islam juga memiliki adab-adab tentang memmotong kuku. Dalam islam pula, kita tidak bisa memotong kuku secara sembarangan.

Misalnya, waktu yang digunakan saat memotong kuku bagi yang hendak berkurban saat Idul Adha.

Dikutip mantrasukabumi.com dari dalamislam.com, Anjuran atau hukum memotong kuku dalam Islam ini diulas dalam beberapa dalil.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

“Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258).

Menurut Imam Nawawi, sunnah dalam jari kuku dimulai dari tangan kanan yaitu telunjuk, tengah, manis, kelingking, lalu jempol. Lalu dengan tengah jari tangan kiri, mulai dari kelingking, manis, telunjuk, telunjuk, dan jempol.

Berikutnya kuku jari kaki, sunnahnya dimulai dari jari kelingking sebelah kanan sampai jempol. Kemudian kuku jari kaki kiri dimulai dari jempol sampai jari kelingking.

Baca Juga: Berikut 11 Sunah-sunah Sebelum Sholat Jumat, Mulai dari Potong Kuku hingga Kumis

Hal tersebut tertuang dalam Kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar mengatakan;

وَلَمْ يَثْبُتْ فِي تَرْتِيبِ الْأَصَابِعِ عِنْدَ الْقَصِّ شَيْءٌ مِنَ الْأَحَادِيثِ لَكِنْ جَزَمَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ بِأَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الْبَدْاَءةُ بِمُسَبِّحَةِ الْيُمْنَي ثُمَّ بِالْوُسْطَى ثُمَّ الْبِنْصِرِ ثُمَّ الْخِنْصِرِ ثُمَّ الْإِبْهَامِ وَفِي الْيُسْرَى بِالْبَدْاَءةِ بِخِنْصِرِهَا ثُمَّ بِالْبِنْصِرِ إِلَى الْإِبْهَامِ وَيُبْدَأُ فِي الرِّجْلَيْنِ بِخِنْصِرِ الْيُمْنَى إِلَى الْإِبْهَامِ وَفِي الْيُسْرَى بِإِبْهَامِهَا إِلَى الْخِنْصِرِ

“Tidak ada satu pun hadis yang menjelaskan tentang tertib memotong kuku. Akan tetapi Imam Nawawi menegaskan dalam kitab Syarh Muslim, bahwa disunahkan untuk memulai dari jari telunjuk tangan kanan, tengah, manis, kelingking, dan jempol. Untuk jari tangan sebelah kiri dimulai dari jari kelingking, manis, sampai jempol. Untuk kaki dimulai dari jari kelingking sebelah kanan sampai ke jempol, dan kaki sebelah kiri dimulai dari jempol sampai jari kelingking.”

Hukum memelihara kuku panjang dalam Islam ialah tidak boleh lebih dari 40 hari. Sebagaimana yang terdapat dalam dalil di bawah ini.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

وُقِّتَ لَنَا فِى قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الأَظْفَارِ وَنَتْفِ الإِبْطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لاَ نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Kami diberi batasan dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketika, mencukur bulu kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam.” (HR. Muslim no. 258). Yang dimaksud hadits ini adalah jangan sampai kuku dan rambut-rambut atau bulu-bulu yang disebut dalam hadits dibiarkan panjang lebih dari 40 hari.***

Editor: Abdullah Mu'min

Tags

Terkini

Terpopuler