Cara Melunakan Hati yang Keras Menurut Rasulullah SAW

21 Agustus 2021, 19:00 WIB
Cara Melunakan Hati yang Keras Menurut Rasulullah SAW /Pixabay/ahmedkeita240

 

MANTRA SUKABUMI - Hati yang keras seperti batu, bahkan bisa lebih keras lagi.

Penyakit keras hati susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi penderitanya adalah dirinya sendiri.

Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Surat Al-Baqarah ayat 67-74 mengambarkan kondisi penyakit tersebut ketika mengisahkan tentang Bani Israil.

Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah hadir di depan mata.

Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati. Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb).

Kemudian Nabi menjawab:

إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم

Artinya: “Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menganjurkan orang yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah.

Empati tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin.

Makan adalah di antara kebutuhan primer (hâjiyât) setiap manusia. Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya.

Lebih dari miskin disebut faqîr. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan.

Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah.

Baca Juga: Keutamaan Dzikir Membaca Asmaul Husna Ar Rohman, Hati akan Jadi Terang serta Jauh dari Sifat Pelupa

Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rizeki yang diterimanya.

Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka.

Tentang hal ini, Nabi bersabda:

من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله ، كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ، ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده ، كنت أنا وهو في الجنة كهاتين ، وقرن بين أصبعيه

“Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan.

dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya).”

Dalam hadits itu, Allah memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim.

Jumlah rambut di hadits ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya jumlah rambut kepala orang.

Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah berikan kebaikan kepadanya.

Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya. Wallah a’lam.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Tags

Terkini

Terpopuler